Rokok Menjadi Faktor yang Mempengaruhi Angka Kemiskinan di Provinsi Bengkulu

Rokok Menjadi Faktor yang Mempengaruhi Angka Kemiskinan di Provinsi Bengkulu

Rokok Menjadi Faktor yang Mempengaruhi Angka Kemiskinan di Provinsi Bengkulu-Poto ilustrasi-

Meski demikian, BPS mencatat kabar baik dengan adanya penurunan jumlah penduduk miskin di Bengkulu pada September 2024. Jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 261,15 ribu orang atau 12,54 persen, turun dari 281,36 ribu orang atau 13,56 persen pada Maret 2024.

 

Penurunan kemiskinan ini terjadi baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di perkotaan, jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 8 ribu orang, sedangkan di perdesaan berkurang sebesar 12,3 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 13,56 persen menjadi 12,32 persen, sementara di perdesaan turun dari 13,56 persen menjadi 12,63 persen.

 

Namun, Win Rizal mengingatkan bahwa Provinsi Bengkulu masih menghadapi tantangan besar. "Bengkulu masih berada di posisi kedua dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Sumatera, setelah Provinsi Aceh," katanya.

 

Salah satu temuan menarik dari laporan ini adalah pergeseran pola konsumsi masyarakat terhadap rokok. Tingginya harga rokok menyebabkan masyarakat, terutama di pedesaan, beralih ke produk yang lebih murah atau bahkan rokok ilegal. Meski terlihat sederhana, kebiasaan ini membawa dampak signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga dan mengurangi alokasi anggaran untuk kebutuhan dasar lainnya seperti pendidikan dan kesehatan.

 

Konsumsi rokok yang tidak terkendali juga memperkuat lingkaran kemiskinan. Dalam banyak kasus, pengeluaran untuk rokok mengorbankan kebutuhan dasar lain yang seharusnya menjadi prioritas keluarga. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah daerah dalam menekan angka kemiskinan di Bengkulu.

 

Penurunan angka kemiskinan yang tercatat pada September 2024 menjadi sinyal positif, tetapi pemerintah tidak boleh lengah. Kebijakan yang lebih tegas diperlukan untuk mengurangi konsumsi rokok di kalangan masyarakat miskin. Kampanye kesadaran tentang dampak buruk rokok, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi, perlu ditingkatkan.

 

Selain itu, pengawasan terhadap peredaran rokok ilegal harus diperketat. Pemerintah daerah juga harus mendorong diversifikasi ekonomi di pedesaan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada konsumsi barang yang tidak produktif.

 

Dengan tantangan yang ada, Bengkulu tetap menunjukkan progres positif dalam upaya menekan angka kemiskinan. Namun, kesadaran masyarakat untuk mengelola pengeluaran secara bijak, terutama terkait konsumsi rokok, menjadi salah satu kunci penting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: