Ritual Kuda Lumping di Awal Muharram: Menjaga Tradisi, Menguatkan Identitas
Malam pergantian tahun baru Islam 1 Muharram 1447 H di Desa Sidoluhur-Hamidatusshaleha-radarbengkulu
radarbengkuluonline.id -- Malam pergantian tahun baru Islam 1 Muharram 1447 H di Desa Sidoluhur, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, berlangsung dengan nuansa sakral dan meriah.
Puluhan warga tumpah ruah memenuhi lapangan depan rumah ketua sanggar Kesenian Kuda Kepang Krido Budoyo Luhur untuk menyaksikan ritual kuda lumping yang digelar sebagai bagian dari tradisi tahunan,setiap menyambut datangnya bulan Muharram atau yang dalam kalender Jawa dikenal sebagai malam 1 Suro.
BACA JUGA: Bengkulu Siapkan Panggung Budaya Kelas Nasional Untuk Festival Tabut 2025
Kegiatan dimulai sejak selepas salat Isya, Kamis, 26 Juni 2025, diawali dengan doa bersama dan pembacaan tahlil oleh tokoh agama setempat.
Setelah itu, warga secara bergiliran menyaksikan atraksi kuda lumping yang dibawakan oleh sanggar Kesenian Kuda Kepang Krido Budoyo Luhur yang diketuai oleh Sumirin. Sanggar seni ini sudah berdiri dari tahun 72 dan turun menurun sampai saat ini,dan menjadi salah satu kebanggaan desa.
BACA JUGA: Ada Pentas Wayang Kulit di Festival Tabut Bengkulu Tahun 2025
“Kami sudah berdiri dari tahun 72 hingga turun temurun sampai saat ini. Kesenian ini dibawa dari adat Jawa bagian Jawa Tengah, khususnya di Banyumas. Kalau sekarang jumlah anak sanggar kurang lebih 60 orang. Tapi kalau untuk turun menurun itu lebih,”ujar Supriyanto (39), koordinator kesenian kuda kepang Krido Budoyo Luhur saat diwawancarai RADAR BENGKULU pada hari Kamis, 26 Juni 2025.
Para penari tampil mengenakan pakaian nuansa hitam, diiringi tabuhan gamelan dan gong khas Jawa. Suasana menjadi mistis ketika beberapa penari mulai menunjukkan aksi kesurupan. Mereka menari dengan gerakan yang dianggap berada di luar kesadaran.
BACA JUGA:Rumah Sakit Kejaksaan Bakal Didirikan di Kabupaten Seluma
Warga menyaksikan dengan takjub, sekaligus penuh rasa hormat. Karena tahu bahwa ritual ini bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari ritual spiritual dan kultural masyarakat.
“Aku tertarik nonton kuda kepang ini tadi karna baru pertama kali nonton yang waktu malam dan nonton kuda kepang ini sebagai ajang seru-seruan aja menurutku. Kebetulan aku juga pendatang. Bukan asli orang desa di sini, Untuk harapan aku kedepannya semoga acara kuda kepang ini terus ada, biar tidak punah, ”ujar Mita (20), salah seorang penonton acara kuda lumping ini.
BACA JUGA:Tradisi Sengkure di Kaur: Warisan Budaya yang Mempererat Silaturahmi Lebaran 2025
Tradisi kuda lumping di malam 1 Muharram ini menjadi bukti bahwa masyarakat Desa Sidoluhur memiliki komitmen kuat dalam menjaga kearifan lokal dan memperkuat identitas budaya mereka. Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai agama dan budaya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
