Pengusaha Tahu dan Tempe Bengkulu Selatan Menjerit

Pengusaha Tahu dan Tempe Bengkulu Selatan Menjerit

Sarmawan Nadi Harto sedang melakukan pembuatan tempe yang berasal dari kacang kedelai-Fahmi-

 

 

MANNA, RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) amat dirasakan pelaku UMKM di Bengkulu Selatan. Salah satunya dirasakan oleh pembuat tahu dan tempe. Pengusaha tahu tempe itu, saat ini menjerit dengan harga kedelai yang sangat tinggi. Yaitu mencapai Rp. 15.000 perkiloperkilo. Akhirnya,  menyebabkan penghasilannya berkurang. 

Salah seorang pelaku usaha pembuat tempe, Sarmawan Nadi Harto mengungkapkan bahwa usaha saat ini menjadi tersendat. Ini karena perputaran jual beli tidak sebanding dengan apa yang dihasilkan. 

"Biasanya  hasil jual beli saya satu hari mampu membeli kacang kedelai kembali untuk bahan berjualan hari berikutnya. Kalau sekarang, jangankan untuk mendapatkan untung, balik modal saja saya sangat bersyukur," ucap Sarmawan saat ditemui RADARBENGKULU.DISWAY.ID di rumahnya Senin (14/11). 

Apalagi sampai saat ini Sarmawan mengaku belum mendapat perhatian dari pemerintah. Katanya ada bantuan untuk pelaku UMKM. Nyatanya, sampai detik ini pun ia belum mendapatkannya. Apalagi untuk mendapatkan bantuan tetap seperti PKH,ataupun BPNT. 

Belum lagi untuk pembuatan tempe ini masih membutuhkan bahan - bahan yang lain. Seperti ragi, plastik untuk membungkus tempe. Artinya, dalam satu kilo saja modalnya lebih dari Rp. 15.000,-.

BACA JUGA:Kriminalitas di Kota Bengkulu Meningkat

"Kalaupun saya harus mengakalinya dengan membuat tempe yang ukurannya diperkecil, saya takut nantinya tidak ada yang mau membeli lagi. Ataupun saya menaikkan harga, belum tentu laku terjual. Apalagi saat ini untuk kedelai masih langka. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan sehari - hari berasal dari hasil jualan tempe ini saja, "papar Sarmawan sedih. 

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Bengkulu Selatan,  Ir. Iskandar AZ mengatakan, sampai akhir tahun ini memang untuk komoditi kedelai masih sangat kurang. Karena, untuk mendapatkannya harus impor dari luar. 

BACA JUGA:Masyarakat Taba Tebelet Tolak Air Limbah Perumahan Disatukan

" Untuk itu Badan Ketahanan Pangan Nasional akan melakukan impor untuk mencukupi kebutuhan di Indonesia. Kalau untuk ditanam di Indonesia kemungkinan kecil harapan. Karena dari faktor tanah yang kita miliki tidak cocok dengan tanaman kedelai. Bahkan hasilnya pun tidak sebanding dengan modal," pungkas Iskandar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: