Banner disway

DPRD Provinsi Bengkulu Ingatkan Soal Tata Kelola Sawit Berkelanjutan

DPRD Provinsi Bengkulu Ingatkan Soal Tata Kelola Sawit Berkelanjutan

Wakil Ketua I DPRD Provinsi Bengkulu, Teuku Zulkarnain, SE, dalam Diskusi Publik bertajuk Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Pembangunan Nasional dan Daerah-Windi Junius-Radar Bengkulu

 

RADAR BENGKULU – Sawit masih jadi andalan Bengkulu. Komoditas yang banyak tumbuh di tanah Subur Raflesia itu disebut menjadi penopang utama perekonomian daerah. Tak hanya menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sawit juga terbukti menyerap ribuan tenaga kerja lokal.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua I DPRD Provinsi Bengkulu, Teuku Zulkarnain, SE, dalam Diskusi Publik bertajuk Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Pembangunan Nasional dan Daerah yang berlangsung di Aula Ahmad Dahlan Kampus IV Universitas Muhammadiyah Bengkulu, pada Sabtu, 13 September 2025.  Ia menegaskan, kontribusi sawit tidak bisa dipandang sebelah mata.

“Dari tahun ke tahun, sawit terbukti memberikan kontribusi nyata terhadap PAD. Industri ini juga menggerakkan ekonomi desa hingga kota,” ujarnya.

Selain jadi penyumbang PAD, sawit juga memberi dampak langsung ke masyarakat. Ribuan petani menggantungkan hidupnya dari kebun sawit. Industri turunannya pun melibatkan pekerja lokal dalam jumlah besar.

“Kalau bicara lapangan kerja, sawit jelas jadi salah satu penyelamat. Banyak warga yang bisa bertahan hidup dari bekerja di perkebunan maupun di pabrik pengolahan,” tambah Teuku.

Dengan kontribusi itu, DPRD menilai sawit sudah menjadi denyut nadi perekonomian Bengkulu. Namun, ada catatan penting yang tidak bisa diabaikan.

Teuku mengingatkan, manfaat besar dari sawit tidak boleh membuat pemerintah dan pelaku usaha abai terhadap tata kelola. Sebab, isu lingkungan kerap menjadi sorotan. Mulai dari deforestasi, konflik lahan, hingga praktik pembukaan kebun yang tidak ramah lingkungan.

“Tantangan kita sekarang adalah memastikan tata kelola sawit berjalan berkelanjutan. Jangan sampai kita hanya mengejar keuntungan jangka pendek, tapi merusak lingkungan yang jadi penopang kehidupan jangka panjang,” tegasnya.

Ia menyebut, tata kelola yang baik akan membuat sawit tidak hanya jadi sumber PAD, tapi juga bisa membuka peluang baru lewat sertifikasi berkelanjutan. “Kalau dikelola dengan benar, sawit kita bisa menembus pasar internasional dengan harga lebih baik,” imbuhnya.

DPRD mendorong agar Pemprov Bengkulu serius menyusun regulasi yang mendorong sawit ramah lingkungan. Mulai dari pembinaan petani, penataan lahan, hingga pengawasan perusahaan perkebunan.

“Petani sawit rakyat juga harus mendapat perhatian. Jangan hanya perusahaan besar yang diperhatikan. Kalau petani kita diberdayakan, hasilnya akan lebih merata,” kata Teuku.

Selain itu, DPRD juga meminta perusahaan sawit untuk lebih peduli terhadap pembangunan daerah. “Ada kewajiban sosial yang harus dijalankan. Jangan sampai perusahaan besar ada di Bengkulu, tapi kontribusinya ke masyarakat minim,” ujarnya.

Bengkulu dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sawit di Sumatera, meski tidak sebesar Riau atau Sumatera Utara. Namun, kontribusinya cukup signifikan untuk perekonomian daerah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait