Dilema Mahasiswa Bengkulu di Khartoum Sudan, Terdampak Lockdown Total

Rabu 13-05-2020,21:23 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

 Catatan Muhammad Aqsa Fiandi:

Sulitnya Mendapatkan Bahan Pangan Hingga Diskriminasi WNA

Sejak beberapa tahun ke terkahir, Sudan mengalami goncangan ekonomi yang kuat. Puncaknya yaitu pada tahun lalu ketika pemakzulan presiden Omar Al Bashir. Hal tersebut makin memperparah kondisi politik dan ekonomi Sudan yang kian hari semakin merosot.  Tidak berhenti disitu, di tengah merebaknya wabah Covid-19 saat ini, membuat keadaan ekonomi di Sudan semakin tidak stabil. Dengan adanya pemberlakuan lockdown total di Sudan, menyebabkan semua transportasi antar daerah dan transportasi dalam kota tidak dapat beroperasi.

Kelangkaan BBM pun mengakibatkan semua harga bahan pokok melambung berkali lipat sehingga memberatkan warga negara asing dan warga negara Indonesia termasuk  mahasiswa Bengkulu yang ada di Sudan untuk membelinya. Di tambah dengan sikap diskriminasi oleh beberapa oknum penjual, yang menaikkan harga pangan sesuka hatinya, khususnya kepada WNA. Pemerintah Sudan pun sudah melakukan Pembatasan Sosial Perskala Besar (PSBB) dan jam malam untuk masyarakat Sudan sehingga stok bahan pangan pun tidak sebanyak di hari-hari biasanya.

Kami Mahasiswa Bengkulu di Sudan yang sampai saat ini baru berjumlah 17 orang, yang hingga saat ini belumlah memiliki organisasi khusus untuk menaungi kami sebagai sesama mahasiswa asal Provinsi Bengkulu. Namun kami sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah Provinsi Bengkulu untuk dapat memberikan bantuan moril dan materil demi mencukupi kebutuhan dalam melewati masa krisis ini, sekaligus memohon kiranya PEMPROV Bengkulu dapat memberikan dukungan alat kesehatan dan obat-obatan guna mencegah penularan virus tersebut.

                A.Kondisi Sudan di Tengah Wabah Penyebaran Covid-19

  • Terjadinya rasisme terhadap WNA khususnya yang berasal dari Asia, dikarenakan wabah pandemi ini pertama kali muncul di Asia, Wuhan Cina.
  • Jika penyebaran wabah ini terus bertambah maka pemerintah Sudan akan sangat kewalahan dalam menghadapi dan mengatasi wabah ini, dikarenakan keterbatasannya tenaga medis dan alat kesehatan hingga minimnya pendanaan.
  • Semenjak ditetapkan pasien pertama yang positifvirus Covid-19 pada pertengahan Maret 2020, Kementrian Pendidikan Sudan meliburkan semua kegiatan belajar dan mengajar hingga batas waktu yang tidak ditentukan, hal ini sangat berdampak pada proses pendidikan dan keberadaan mahasiswa Asing di Sudan.
  • Pemerintah Sudan menetapkan PSBB selama 3 minggu dimulai 18 April 2020, dan menetapkan denda yang cukup besar bagi yang melanggar sehingga mengakibatkan semua kegiatan terhenti.
  • Minimnya alat kesehatan serta semakin naiknya Grafik angka Positif Covid-19.
  • Dari data Kementrian Kesehatan Sudan per Sabtu,11Mei 2020, tercatat 1.365 pasien yang dinyatakan positif Covid-19, 70 orang meninggal dunia dan 149 orang dinyatakan sembuh.
  • B.Kebijakan PSBB

  • Pembatasan jam keluar rumah yang hanya diperbolehkan keluar rumah mulai dari jam 6 pagi hingga 1 siang hanya untuk keperluan mendesak.
  • Penutupan jalur lalu lintas darat antar kota di Sudan.
  • Penutupan bandara lokal dan internasional hingga saat ini sampai waktu yang belum ditentukan.
  • Pelarangan kegiatan berkumpul baik di masjid ataupun tempat umum lainnya.
  • Penutupan lembaga pendidikan baik tingkat SD hingga Universitas.
  • Menghentikan semua kegiatan dalam bentuk apapun diluar ruangan atau dijalan umum dimulai jam 13.00 siang hingga 06.00 pagi.
  • Kebijakan PSBB ini akan berlaku selama 3 minggu kedepan, dan menurut  informasi terbaru yang kami dapatkan. Setelah berakhirnya kebijakan PSBB ini, pemerintah Sudan berencana  akan menerapkan Lockdown total hingga batas waktu yang belum ditentukan. Dan pemerintah Sudan menetapkan denda bagi yang melanggarkan peraturan mencapai 100 dollar untuk setiap point pelanggarannya. Tentunya dengan kebijakan PSBB ini, kami menemui banyak kendala kendala khususnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kami, kendala-kendala sebagai berikut;

  • Sulitnya mendapatkan bahan pangan  serta mahalnya harga kebutuhan pokok   yang naik 2 hingga 3 kali lipat.
  • Susahnya untuk membeli bahan makanan disebabkan mahasiswi yang tinggal di area dalam kampus tidak diperbolehkan keluar kampus.
  • Susah mendapatkan alat transportasi ke tempat tujuan.
  • Krisis ini juga menimbulkan Maraknya aksi perampokan dan pencurian  yang menimpa mahasiswa Indonesia di Sudan sehingga menimbulkan kecemasan bagi kami untuk keluar rumah ataupun berada dirumah sendiri.
  • Mahal dan langkanya alat-alat kesehatan seperti masker, handsanitizer serta obat vitamin sebagai upaya untuk pencegahan terhadap virus ini.
  • Anjloknya nilai Rupiah terhadap Dollar serta rendahnya nilai tukar dollar dimata uang Pound Sudan berdampak besar terhadap WNI disini.
  • KBRI Khartoum Sudan sebagai perwakilan pemerintah Indonesia di Sudan sudah menyalurkan bantuan kebutuhan pokok kepada seluruh mahasiswa, tetapi mengingat panjangnya masa lockdown bantuan tersebut kurang mencukupi. (***)

    CP: a.n Mahasiswa Bengkulu Di Sudan

    Muhammad Aqsa Fiandi ( +249996240037)

    Tags :
    Kategori :

    Terkait