Hasil Survei, Jadikan Evaluasi Cakada dan Petahana

Sabtu 01-08-2020,01:05 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

Azwar Marwan: Jangan Terlalu Optimis dan Jangan Pula Terlalu Pesimis

RBO, BENGKULU - Pengamat Politik dari Universitas Bengkulu (UNIB), Drs. Azhar Marwan, M.Si menilai, hasil survei yang di publish secara luas ke publik, secara tidak langsung bisa mempengaruhi opini pemilih terhadap kandidat balon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Hanya saja tidak dipungkiri hasil survei tersebut, ada yang menguntungkan dan merugikan kandidat balon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tertentu.
“Sebuah penelitian ilmiah yang didasari sebuah kejujuran, bisa menjadi pegangan terhadap kandidat. Oleh karena itu, sepanjang objektititas dari hasil survei tanpa ada rekayasa, bisa menjadi pegangan bagi seorang kandidat. Tapi sebaliknya jika si peneliti sudah tidak jujur, dan di duga sengaja mengarahkan kepada kandidat tertentu, berarti hasil surveinya perlu dipertanyakan, seperti kejadian pada Pemilu Presiden (Pilpres) beberapa waktu lalu,” Kata Azhar ketika dihubungi, Jumat, (31/7).
Azhar Marwan menyebutkan, sepanjang kaidah-kaidah ilmiah dalam penelitian yang dilakukan lembaga survei, misalnya bagaimana pengambilan sampel atau samplingnya, bagaimana instrumen pertanyaan. Ada penggiringan atau tidak didalam pertanyaan tersebut? Ini yang dibutuhkan kejujuran dari  peneliti. Kalau kaidah-kaidah ilmiah ini yang dijadikan sandaran maka objektifitas sebuah hasil survei bisa dijadikan pegangan. "Tapi kalau tidak memenuhi kriteria kebenaran dan kejujuran sebuah penelitian. Artinya ada manipulasi data serta rekayasa, maka sebuah hasil survei itu bisa dipertanyakan. Dan jika berkaca pada pengalaman Pilpres lalu, banyak lembaga survei tidak kredibel gak dipercaya orang. Bisa saja mereka lembaga-lembaga pesanan. Lembaga yang melakukan survei adalah lembaga yang dipesan oleh kelompok tertentu dengan kepentingan tertentu, sebab itu ada penggiringan opini. "Pertanyaan diarahkan. Memang dari hasil survei ini sedikit banyaknya ada pengaruh persepsi opini publik, seperti saya katakan ini ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Jadi sepanjang objektifitas benar maka hasil survei akan menggambarkan realitas yang ada," terangnya.
Sebab itu kalau untuk membantah sebuah survei maka harus juga dilakukan survei yang sama dengan metode yang sama. Apakah hasilnya akan sama atau akan beda. "Kita tidak mau terjebak dalam polemik ini, karena kita ingin berjalan dalam koridor ilmiah. Dan terkait statemen tokoh atas ekspose survei lembaga Diaspora dan Roda Tiga Konsultan terkait persentase dukungan mantan Gubernur Agusrin yang menurut dua lembaga survei itu lebih unggul dibanding petahana. Orang memberikan statemen dan pandangan berangkat dari referensi yang dia punya. Dia berangkat dengan pemikiran yang dia miliki. Kalau orang berstatemen dari apa yang dia lihat, apa yang dia dengar tanpa mendalami tanpa menganalisa lebih dulu, mungkin dia akan berpikir dengan apa yang dia lihat dan dia dengar tadi," terang Azhar.
Sekarang jelang Pilkada musim politik saat ini, semua kandidat menggunakan semua jurus yang bisa digunakan. Bisa di media dimanfaatkan, media bisa dijadikan jembatan, pengamat bisa dijadikan jembatan, "Maka kita harus berada pada kerangka objektifitas ditengah-tengah. Artinya kalau benar hasil survei itu bagi kandidat petahana Pak Rohidin, maka ini bisa jadi cambuk bagi beliau bersama tim untuk evaluasi dan kembali bekerja keras. Dan tidak usah kebakaran jenggot. Kalau kita berpikir ilmiah. Jadi kalau hasil survei benar bisa ditanggapi jadi masukan, evaluasi timnya apakah sudah melakukan sesuatu yang benar, Strategi yang benar? Itu yang harus dilakukan oleh petahana.  Politik ini tidak perlu terlalu optimis, tidak perlu terlalu pesimis. Kalau kita terlalu optimis menang jika berdasarkan survei hari ini, hingga akibatnya lengah. Terlalu pesimis akhirnya tidak bergerak. Politik ini harus membangun optimisme jangan pesimisme. Optimis jangan terlalu oper confidence," pungkas Azhar. (idn)
Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler

Terkini