MUKOMUKO, RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Pasangan suami istri yang diketahui warga Kecamatan Air Dikit, Kabupaten Mukomuko hanyut bersama ponton (rakit penyeberangan) saat hendak menyeberangi Sungai Air Dikit di Desa Pondok Lunang. Peristiwa itu terjadi pada Senin pagi (31/10).
Tali sling putus sehingga ponton yang sedang ditumpangi sepasang Pasutri (pasangan suami istri) bersama operator ponton hanyut terbawa arus sungai Air Dikit yang deras. Lebih ngeri lagi, ponton tersebut hanyut mengarah ke muara sungai yang terkenal jadi sarang buaya. Hal ini dibenarkan Kades Pondok Lunang, Burhandari ketika dikonfirmasi pasca kejadian.
"Arus sungai Air Dikit memang sedang deras. Beberapa hari ini hujan terus debit air naik. Pagi tadi (kemarin) ada warga yang ingin menyeberang menggunakan ponton. Mungkin karena arus tambah deras, talinya putus, jadi ponton hanyut. Warga bersama operator sedang di atas ponton waktu kejadian," ungkap Kades.
"Selain ada warga, ada juga sepeda motor di atas ponton. Meski sempat diseret sungai sekitar satu kilometer, tapi bersyukur, warga maupun alat mereka selamat," imbuh Burhandari.
Dikatakan Kades, di lokasi penyeberangan ponton di Desa Pondok Lunang itu, mulanya ada jembatan penyeberangan. Jembatan tersebut dimanfaatkan warga untuk menuju ke kebun. Sayangnya, pada bulan Februari 2022 lalu, jembatan tersebut putus. Kendaraan pengakuan buah sawit juga terjun ke dasar sungai.
Sebetulnya, lebih lanjut Kades menjelaskan, ada jalan alternatif melewati kecamatan Penarik. Akan tetapi, jarak yang mesti ditempuh warga sangat jauh karena memutar. Sebab itulah, secara swadaya warga membuat ponton.
"Kalau kami Pemerintah Desa sebetulnya tidak merekomendasikan pembuatan ponton ini. Tapi sebagian besar warga masih memilih itu lantaran mempertimbangkan jarak," ujarnya.
Ia memperkirakan, setiap hari ada sekitar 50 warga memanfaatkan ponton untuk menyeberang Sungai Air Dikit. Tapi, untuk hasil panen dikeluarkan melalui jalan alternatif lewat Penarik.
BACA JUGA:Pembangunan Jalan Flyover Danau Dendam Tak Sudah DisegerakanTali sling putus sehingga ponton yang sedang ditumpangi sepasang Pasutri (pasangan suami istri) bersama operator ponton hanyut terbawa arus sungai Air Dikit yang deras. Lebih ngeri lagi, ponton tersebut hanyut mengarah ke muara sungai yang terkenal jadi sarang buaya. Hal ini dibenarkan Kades Pondok Lunang, Burhandari ketika dikonfirmasi pasca kejadian.
"Arus sungai Air Dikit memang sedang deras. Beberapa hari ini hujan terus debit air naik. Pagi tadi (kemarin) ada warga yang ingin menyeberang menggunakan ponton. Mungkin karena arus tambah deras, talinya putus, jadi ponton hanyut. Warga bersama operator sedang di atas ponton waktu kejadian," ungkap Kades.
"Selain ada warga, ada juga sepeda motor di atas ponton. Meski sempat diseret sungai sekitar satu kilometer, tapi bersyukur, warga maupun alat mereka selamat," imbuh Burhandari.
Dikatakan Kades, di lokasi penyeberangan ponton di Desa Pondok Lunang itu, mulanya ada jembatan penyeberangan. Jembatan tersebut dimanfaatkan warga untuk menuju ke kebun. Sayangnya, pada bulan Februari 2022 lalu, jembatan tersebut putus. Kendaraan pengakuan buah sawit juga terjun ke dasar sungai.
Sebetulnya, lebih lanjut Kades menjelaskan, ada jalan alternatif melewati kecamatan Penarik. Akan tetapi, jarak yang mesti ditempuh warga sangat jauh karena memutar. Sebab itulah, secara swadaya warga membuat ponton.
"Kalau kami Pemerintah Desa sebetulnya tidak merekomendasikan pembuatan ponton ini. Tapi sebagian besar warga masih memilih itu lantaran mempertimbangkan jarak," ujarnya.
Ia memperkirakan, setiap hari ada sekitar 50 warga memanfaatkan ponton untuk menyeberang Sungai Air Dikit. Tapi, untuk hasil panen dikeluarkan melalui jalan alternatif lewat Penarik.
"Orang sepeda motor dan alat pertanian saja yang menyeberang lewat ponton. Kalau hasil kebun seperti buah sawit masih lewat jalan alternatif. Lewat Penarik," ungkapnya.
Ia mengingatkan, operator ponton lebih waspada. Jangan nekat menyeberang kalau debit air sedang tinggi. Ia juga berharap baik kepada Pemkab Mukomuko, Pemprov Bengkulu, dan pemerintah pusat untuk membangun kembali jembatan penyeberangan di desanya.