b. Tidak mengenal halal dan haram. Hewan tidak mengenal halal dan haram, mereka bebas memakan dan menikmati apa saja yang mereka temukan. Apabila sifat ini terdapat pada manusia maka akan terjadi perbuatan zina, selingkuh, liwath, sex bebas dan lain-lain.
c. Hidup orientid. Hewan tidak mempersiapkan untuk kehidupan akhirat. Mereka hanya memikirkan duniawi dan melupakan ukhrawi. Manusia yang meniru sifat ini akan melahirkan kehidupan Hedonisme.
Ibadah qurban pada hakikatnya mengajarkan kita agar membuang jauh-jauh sifat-sifat tercela yang telah disebutkan tadi, terutama sifat bahimiyah atau sifat kehewanan. Jika sifat kehewanan ini lebih menojol bahkan tumbuh subur dalam hati seseorang, maka berarti dia telah menjatuhkan dirinya ke derajat yang hina. Bahkan lebih hina dari binatang itu sendiri.
Firman Allah :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُون
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai ( QS. Al-‘Araf: 179).
Oleh sebab itu mari kita memaknai ibadah kurban yang kita lakukan tersebut secara luas. Jangan hanya memahami lahiriah atau simbol saja, tetapi harus difahami dengan membuang potensi sifat-sifat hewan yang ada pada hati kita.
Ketahuilah bahwa ketika terjadi penyembelihan hewan qurban pada hakikatnya bukanlah leher sapi, kambing, atau kerbau yang disembelih, akan tetapi adalah menyembelih sifat-sifat kehewanan yang terdapat dalam hati.