“Di kamar tadi Bun. Lagi tidur,” ujar Kak Ilis.
Kak Ilis tidak mengetahui Kevin dari tadi pagi hanya berpura-pura tidur saat ada yang masuk ke kamarnya. Setelah dirasa aman Kevin melompat keluar rumah melewati jendela kamarnya.
“Bunda, Kevin sakit yaa? Tidur terus. Tadi aku bangunin dia nggak gerak Bunda.”
“Dia tu lagi ngambek Za. Tadi mau keluar sama temannya, tapi Bunda nggak suruh.
Makannya dia nggak keluar-keluar dari kamar.” Inza mengangguk-angguk, ia kembali dengan pensil warnanya. Memenuhi setiap lembar buku Kevin dengan coret-coretan yang tak berarti.
Kevin sangat takut pada penculik, namun rasa bosannya berdiam diri di rumah selama berhari-hari, lebih besar dari pada rasa takutnya. Ia keluar dari rumah lalu menjenguk Tama di rumahnya, yang berjarak satu rumah dari rumahnya.
Namun kali ini Kevin tidak menjenguk Tama melewati pintu depan. Ia mengendap- endap menuju jendela kamar Tama yang berada di samping rumahnya. Ia menebak Tama pasti merasakan hal yang sama dengannya. Tidak diperbolehkan keluar rumah.
Dari jendela Kevin melihat Tama yang sedang bermain catur sendirian. Atau mungkin dengan hantu.
“Banggg…Bang Tama.” Kevin mengetuk pelan jendela kamar Tama.
Tama yang melihat Kevin, langsung berdiri membuka jendela kacanya. Namun situasi Tama berbeda dengan Kevin yang bisa melompat melalui jendela kamarnya. Jendela kamar Tama terdapat besi besar yang menjadi penghalang.
“Bang bisa keluar gak? Bosen di rumah.”
“Gimana keluarnya? Liat ni besinya.”