“Aku sama Bang Tama mau pergi ke kebun. Mau cari durian, ikut nggak?”
“Ikutlah, tapi gimana keluarnya Bapak aku di luar tu. Tunggu dia masuk dulu apa ya?”
“Kelamaan gitu mah ki. Keburu malam.” Kevin meng-hembuskan napas kasar. Sepertinya yang ini tidak akan berhasil.
“Atau gimana kalau kamu suruh dia kedalam dulu? Suruh ambil apa gitu, terus aku keluar.”
“Ya, udah. Kalau gitu nanti kita ke warung dekat rumah Bang Tama. Mereka nunggu di sana,” ujar Kevin lalu pergi kedepan untuk menemui Bapak Zaki.
Kevin berdiri di depan teras dengan gugup. Walaupun Bapak Zaki terkenal dengan sikapnya yang bersahabat dengan teman-teman Zaki namun tetap saja, rasa takut dan gugup menjalar di tubuhnya saat ingin membawa Zaki kabur bersama dengannya.
Walaupun berbohong sudah menjadi kebiasaannya, namun saat situasi menjadi serius yang mengharuskannya berbohong ia masih saja gugup.
“Loh kok dibolehin keluar Vin? Nggak takut penculik kamu? Kalau Zaki mah nggak boleh main keluar rumah, nanti diculik om -om mobil hitam.” Bapak Zaki mencoba menakut-nakuti.
“Nggak Paman, nggak mau main. Aku mau pinjemmmm…….” Kevin terdiam sejenak
mencoba berpikir. Apa yang kira-kira bisa ia pinjam untuk sekedar alasan yang membuat Bapak Zaki masuk kedalam rumahnya.
“Pinjam apa?”
“Ohh itu mau pinjam pisau. Pisau Ayah hilang,” ucap Kevin asal.