Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,
Diantara bentuk ketakwaan itu adalah mempersiapkan kader Muslim terbaik di masa yang akan datang. Bukan hanya anak biologis, tetapi juga kader-kader ideologis atau generasi penerus yang siap menghadapi masa depan.
Perkembangan dunia sangatlah dinamis. Generasi di bawah kita menghadapi persoalannya sendiri. Kita perlu memberikan bekal terbaik kepada mereka agar dapat melalui tantangan itu dengan baik.
Dalam hal ini, Allah SWT telah mengingatkan kita semua melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an surat AnNisa' Ayat 9.
وَلْيَخْشَ الذِيْنَ لوَْ تَرَكوُْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُريةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَليَْهِمْۖ فَلْيَتقُوا ﷲَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
Artinya: "Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya)."
Ayat tersebut melarang kita meninggalkan generasi yang lemah. Mafhum mukhalafah, atau pemahaman terbalik dari sana yang bisa kita petik adalah perintah agar mempersiapkan generasi yang kuat. Al-Ashlu fin nahyi, amrun an dliddihi, pokok dari larangan adalah perintah atas hal sebaliknya.
Hal itu harus dimulai dengan peningkatan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Namun tidak cukup itu, tidak berhenti di situ. Allah SWT menegaskan agar kita berbicara dengan jujur, dengan benar.
Dalam arti lain, Sadida dimaknai sebagai lembut atau halus, bahkan adil. Artinya, generasi terbaik nan kuat itu dimulai dari pembicaraan kita, komunikasi kita dengan mereka. Perkataan yang halus, omongan yang benar, dan pembicaraan yang adil membentuk sikap, karakter, dan perilaku anak.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,
Cita-cita mewujudkan generasi yang lebih baik di masa mendatang itu dimulai dari kita. Sebagai orang tua, sebagai orang yang lebih tua. Menegaskan itu, Rasulullah SAW melalui haditsnya meminta orang tua untuk memuliakan anak dan memperbaiki perilakunya.