Desak Penegak Hukum Bongkar Jaringan Pemodal Perusak Habitat Gajah Sumatera
Desak Penegak Hukum Bongkar Jaringan Pemodal Perusak Habitat Gajah Sumatera-Ist-
RADAR BENGKULU — Operasi Merah Putih Lanskap Seblat kembali menyita perhatian publik. Dalam sepekan terakhir, tim gabungan berhasil mengamankan ribuan hektar kawasan hutan dan menahan tiga orang pelaku perambahan. Namun, di balik keberhasilan itu, suara kritik mulai mengemuka: operasi ini dinilai belum menyentuh akar masalah — para aktor intelektual di balik kehancuran Bentang Alam Seblat (BAS), salah satu habitat terakhir Gajah Sumatera di Pulau Sumatera bagian barat.
Ketua Kanopi Hijau Indonesia (KHI), Ali Akbar, menilai kerja tim gabungan baru sebatas “pembersihan permukaan.” Sementara jaringan besar yang mengendalikan aktivitas ilegal di kawasan BAS masih bebas berkeliaran.
“Kita jangan cepat berpuas diri hanya karena sudah menyegel 4.000 hektar kawasan dan menahan tiga orang pelaku. Di balik mereka, ada dalang besar yang selama ini bersembunyi di balik kekuasaan dan modal,” ujar Ali.
Bentang Alam Seblat adalah kawasan hutan yang membentang di perbatasan Bengkulu Utara dan Mukomuko, seluas lebih dari 80.000 hektar. Kawasan ini merupakan koridor penting bagi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang kini berstatus kritis terancam punah menurut data IUCN.
Selama satu dekade terakhir, kawasan ini terus menyusut. Dari citra satelit dan pemantauan lapangan yang dilakukan Konsorsium Bentang Seblat, sekitar 22.000 hektar hutan telah rusak parah, sebagian besar berubah menjadi kebun sawit ilegal.
“Selama tiga tahun sebelum program kolaboratif ini ada, kami dari masyarakat sipil sudah melakukan patroli mandiri. Kami temukan ribuan hektar yang dirambah, bahkan sempat mencegah 6.000 hektar lahan yang siap ditebang menjadi kebun sawit,” ungkap Ali.
Ali menegaskan, pola perambahan di Seblat bukan tindakan spontan masyarakat kecil, melainkan kejahatan lingkungan yang terstruktur dan sistematis. Di lapangan, petugas hanya menemukan “anak ladang” — para buruh tani yang membuka lahan 2 hingga 6 hektar. Namun, di balik aktivitas kecil itu, ada pola kendali yang rapi dari pemodal besar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
