Membangun Kesadaran Tentang Kesetaraan Manusia dalam Islam
Ahmad Sidik, S.Mn-Adam-radarbengkulu
radarbengkuluonline.id -- Para pembaca rahimakumullah, tidak terasa hari ini kita sudah memasuki hari Jumat lagi. Untuk itu, redaksi sudah menyiapkan khutbah Jumat untuk pembaca semua. Judulnya, Membangun Kesadaran Tentang Kesetaraan Manusia dalam Islam.
Materi ini ditulis oleh Ustadz Ahmad Sidik, S.Mn. Rencananya, materi ini akan disampaikan saat menjadi khatib shalat Jumat di Masjid Nurul Yaqin Jalan Setia Negara Kelurahan Kandang Mas, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu.
Apa saja isi materi khutbahnya, silahkan dibaca langsung tulisannnya dibawah ini. Selamat membaca! Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.
Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Segala puji bagi Allah SWT yang menciptakan umat manusia dengan segala keberagaman, namun tetap mempersatukan kita dalam ikatan keimanan dan ketakwaan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa rahmat bagi seluruh alam. Semoga kita selalu menjadi umat yang istiqamah mengikuti ajaran Islam yang Nabi Muhammad bawa.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita merenungkan bersama sebuah prinsip yang sangat penting dalam ajaran Islam. Yaitu tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah SWT. Sesungguhnya, dalam Al-Quran dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, meskipun umat manusia diciptakan dengan beragam suku, bangsa, dan latar belakang, tidak ada yang lebih mulia di sisi-Nya selain mereka yang paling bertakwa.
Sebagaimana dalam Surat Al-Hujurat, ayat 13, Allah SWT berfirman yang artinya; "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti."
Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir halaman 259 menjelaskan bahwa tujuan Allah menciptakan umat manusia dengan berbagai suku, bangsa, dan bahasa adalah untuk saling mengenal. Bukan untuk membanggakan keturunan atau suku tertentu.
Hal ini ditegaskan dalam kata-kata Beliau yang artinya: “Maksud bahwa Allah menciptakan kalian (dengan berbeda-beda suku dan bangsa) adalah untuk saling mengenal, bukan untuk saling membanggakan keturunan (rasisme). Sesungguhnya keunggulan di antara kalian adalah hanya bisa diraih dengan takwa.”
Sejatinya, dari penjelasan Syekh Wahbah, kita dapat menarik kesimpulan bahwa dalam Islam, konsep kesetaraan tidak ditentukan oleh faktor keturunan atau status sosial seseorang, melainkan oleh tingkat ketakwaan hamba kepada Allah SWT.
Ketakwaan menjadi tolok ukur utama dalam menilai kemuliaan di hadapan Allah. Ajaran Islam tentang kesetaraan ini memiliki relevansi yang sangat besar dalam kehidupan kita sehari-hari, karena mengingatkan untuk tidak terjerumus dalam kesombongan diri yang disebabkan oleh faktor keturunan, harta, atau kedudukan.
Dalam Islam, kedudukan seseorang di mata Allah tidak diukur dari apa yang dimilikinya secara lahiriah, melainkan dari kedekatannya dengan-Nya yang tercermin melalui amalan dan ketakwaan.
Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Selanjutnya, Imam Al-Qurthubi dalam kitab Tafsir al-Jami’ li Ahkami Al-Qur’an jilid 16, halaman 341, menjelaskan bahwa Allah menurunkan ayat ini untuk mengingatkan umat manusia agar tidak saling membanggakan nasab, harta, atau kekuasaan.
Yang terpenting adalah ketakwaan kepada Allah. Artinya: “Maka Allah SWT menurunkan ayat ini. Dia melarang mereka untuk sombong atau membangga-banggakan garis keturunan, bermegah-megahan dengan harta, dan menghina orang miskin. Karena tolok ukurnya adalah ketakwaan.” Bahkan, Syekh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid jilid 2, halaman 440 menyebutkan bahwa tidak ada alasan bagi umat manusia untuk membanggakan keturunan atau garis keluarga.
Semua manusia pada dasarnya berasal dari satu nenek moyang. Yaitu Adam dan Hawa. Ini adalah ajaran yang sangat jelas dalam Islam yang harus dipahami oleh setiap umat Muslim.
Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Begitu pun dengan hadits Nabi Muhammad SAW, mengajarkan hal yang sama tentang kesetaraan umat manusia. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Janganlah kalian saling dengki, melakukan najasy, saling membenci, saling membelakangi dan sebagian dari kalian menjual apa yang dijual saudaranya. Jadilah kalian semua hamba–hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, sehingga dia tidak boleh menzhaliminya, menghinanya, mendustakannya dan merendahkannya. Takwa itu letaknya di sini –sambil menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali– cukuplah seseorang itu dalam kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram dan terjaga darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
