Raih Pribadi Rajabi Untuk Menyongsong Ramadhani

 Raih Pribadi Rajabi Untuk Menyongsong Ramadhani

H. Syahrul Azwar, Lc, MH-Adam-

Dari : Masjid Raya Baitul Izzah, Jalan Raya Pembangunan Kelurahan Padang Harapan Kecamatan Ratu Agung

 

 

Oleh : H. Syahrul Azwar, Lc, MH

 

 

Jamaah Jumat rahimakumullah

RADARBENGKULUONLINE.COM - Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga. Terutama, nikmat iman dan Islam yang menjadi modal selamat bahagia. 

 

Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, teladan umat manusia, Nabi Muhammad SAW berikut keluarga, para sahabat, dan semua pengikutnya hingga akhir zaman.

 

Perjalanan waktu mengantarkan kita kepada bulan Rajab, salah satu bulan yang mulia. Rajab merupakan bulan ketujuh dalam kalender Hijriyah. Sebagai salah satu dari asyhuril hurum sudah selayaknya umat Islam memuliakan dan menghormati keagungan bulan Rajab ini.

 

Ia disebut dengan bulan Rajab karena pada masa lalu bangsa Arab yarjibuuna, yakni melepaskan mata pisau dari tombaknya sebagai sebuah simbol pengharaman perang. Rajab juga terambil dari kata "tarjib" yang bermakna pengagungan.

 

Dalam Islam, bulan Rajab memiliki banyak kemuliaan. Diantara kemuliaan yang terdapat pada bulan Rajab adalah bahwa ia merupakan salah satu dari empat bulan haram yang disebutkan oleh Allah dalam Alquran.

 

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah SWT adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu.” (QS at-Taubah: 36)

.

Terkait dengan empat bulan haram tersebut, Nabi SAW menjelaskan, zaman berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci). 

 

Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban. (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Sebagai salah satu bulan haram, pada bulan Rajab ini siapapun dilarang untuk melakukan perbuatan haram. Seperti peperangan, pembunuhan, kejahatan, dan semua dosa. Sebaliknya, sangat dianjurkan untuk melakukan berbagai ketaatan. Diantaranya dengan memperbanyak puasa.

 

 Sufyan ats-Tsauri berkata, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”

 

Keutamaan lain dari bulan Rajab adalah bahwa ia merupakan bulan terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Tepatnya pada malam 27 dari bulan Rajab. Pada saat itulah Nabi SAW diperjalanankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu ke Sidratul Muntaha. Allah SWT berfirman,

 

Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra: 1).

 

Peristiwa Isra dan MI’raj berisi ibrah yang menguatkan iman akan kekuasaan Allah Swt serta berbuah hadiah Rabbani berupa salat lima waktu yang menjadi sarana komunikasi dan penghubung antara hamba dengan Tuhan.

 

Keutamaan lain dari bulan Rajab adalah bahwa ia merupakan bulan tobat dan meminta ampun kepada Allah SWT. Hal itu dapat dipahami dari firman Allah SWT dalam surat at-Taubah di atas yang berbunyi, “Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu.” Menurut Dr Ali al-Asyi, Ini adalah seruan secara tidak langsung untuk memperbaharui tobat.

Dzun Nun al-Mishri rahimahullah berkata: 

“Rajab adalah bulan meninggalkan dosa, Sya’ban bulan melaksanakan berbagai ketaatan, Ramadan adalah bulan penantian berbagai karomah. Siapa yang tidak meninggalkan dosa, tidak menunaikan ketaatan, dan tidak menantikan karomah, maka ia termasuk kalangan yang alpa (tidak berguna).”

 

Keutamaan lain dari bulan Rajab adalah bahwa ia merupakan bulan persiapan menuju Ramadhan. Pasalnya, saat bulan Rajab tiba berarti Ramadan semakin dekat.

Jarak antara Ramadan hanya dipisahkan oleh satu bulan saja, yaitu bulan Sya’ban. Maka sudah selayaknya bulan Rajab dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri secara maksimal menuju Ramadan. Itulah yang dilakukan oleh salafunas saleh.

Abu Bakar al-Warraqal-Balkhi berkata:

"bulan Rajab adalah bulan untuk menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Serta bulan Ramadan adalah bulan memanen tanaman tersebut."

Setiap orang akan memanen apa yang ia tanam sebelumnya serta mendapatkan hasil usahanya. Maka, siapa yang tidak mau menanam, pada masa panen ia akan kecewa dan menyesal. Sebab, tidak ada yang dihasilkan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: