Mampukah Kita Menggapai Kemuliaan Lailatul Qadar ?
Dr. Ismail Jalili, M.A-Adam-
Dari : Masjid Jami' Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka
Oleh : Dr. Ismail Jalili, M.A (Dosen Pascasarjana UIN FAS Bengkuu)
RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Salah satu keistimewaan umat Nabi Muhammad SAW dalam aktivitas ibadah kepada Allah SWT adalah adanya Lailatul Qadar pada hari-hari terakhir di bulan Ramadan.
Ketika itu, umat Islam akan berkonsentrasi penuh untuk mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar.
BACA JUGA:Waspada, Foto dan Nama Sekdaprov Bengkulu Dicatut Pelaku Penipuan
Kehadiran Lailatul Qadar kemungkinan bisa dijumpai oleh setiap orang yang berjaga di malam hari dalam rangkaian ibadah.
Sehingga wajar, masyarakat muslim di belahan dunia hingga kini berkeyakinan bahwa dengan berjaga-jaga semalam suntuk dalam bingkai ibadah, mereka akan mendapatkannya.
Yang demikian karena Ramadan merupakan bulan istimewa yang di dalamnya ada satu hari dimana nilai ibadah ketika itu akan menjadi lebih baik daripada ibadah yang dilakukan selama 1000 bulan, atau yang dikenal dengan Lailatul Qadar.
Oleh karena itu, di antara kiat untuk menggapai kemuliaan Lailtul Qadar tersebut adalah kita berusaha untuk memahami tentang hakikat Lailatul Qadar itu sendiri (ma’rifah) dan melakukan keta’atan-keta’atan dalam bentuk ibadah wajib dan ibadah sunnah (al-ihsan) yang melengkapinya.
Semoga dengan melaksanakan itu kita mampu menggapai kemuliaan Lailatul Qadar. Insya Allah.
Lailatul Qadar adalah malam di mana Allah SWT menurunkan Al-Qur’an. Tentu saja suatu malam, ketika Al-Qur’an diturunkan, maka malam tersebut menjadi malam yang paling istimewa bagi umat muslim. Karena, mereka selalu berharap keberkahannya.
Maka menjadi suatu kewajaran, apabila banyak masyarakat membahas dan mempelajari keutamaan Lailatul Qadar dan mengait-ngaitkan dengan adanya semacam barakah (bertambahnya kebaikan-kebaikan hidup) yang akan diperoleh bagi mereka yang mendapatkan malam tersebut.
Tentu saja, ada sedikit pandangan yang berbeda di kalangan para ulama’ ketika membicarakan Lailatul Qadar. Perbedaan pendapat yang paling sering muncul tersebut adalah tentang waktu kehadiran Lailatul Qadar serta keutamaan yang ada di dalamnya.
Ada beberapa perbedan pendapat terkait dengan waktu turunnya Lailatul Qadar. Diantaranya ada yang menyebutkan bahwa ia hanya datang sekali pada zaman Nabi Muhammad SAW hidup dan tidak akan terulang lagi. Sementara pendapat lain menyatakan bahwa Lailatul Qadar akan datang setiap tahunnya.
Ulama yang berpendapat bahwa Lailatul Qadar hanya terjadi sekali itu dan tidak akan ada lagi sesudahnya di antaranya adalah Ibnu Hajar al-Asqalani (w.852H/1449M). Pendapat ini tidak dapat diterima kecuali jika yang dimaksud dengannya adalah hari pertama turunnya Al-Qur’an.
Karena mayoritas ulama berpendapat bahwa setiap tahun terjadi Lailatul Qadar dan bahwa malam tersebut menjadi mulia bukan saja karena Al-Qur’an turun ketika itu, tetapi malam itu sendiri memiliki kemuliaan, yang kemudian kemuliaannya bertambah dengan turunnya Al-Qur’an.
Namun ada juga riwayat yang menyatakan bahwa Lailatul Qadar hadir di malam-malam yang ganjil pada malam ke sepuluh terakhir di bulan Ramadan. Agar lebih jelasnya masalah ini maka perlu dikaji berdasarkan sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan hadis Nabi saw, agar diperoleh pemahaman yang benar terhadap Lailatul Qadar itu.
Syeikh ‘Abdul Qadir al-Jailani menjelaskan bahwa Lailatul qadar merupakan pengetahuan yang ghaib (dirahasiakan oleh Allah SWT).
Untuk mengetahuinya haruslah ber-mujahadah terlebih dahulu dalam mendekatkan diri kepada Allah atau makrifah dan ber-mukasyafah sehingga bisa menjangkau hakikat.
Al-Qur’an datang dengan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada manusia, agar mereka menyadari jati diri dan hakikat keberadaan mereka di bumi ini. Al-Qur’an juga mengajak mereka untuk membuktikan adanya ketentuan dan kekuasaan Allah.
Lailatul Qadar memiliki keutamaan sebagaimana yang termaktub dalam (QS. Al-Qadr [97]: 1), “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan”.
Adapun pendapat tentang keutaman Lailatul Qadar yang disampaikan dalam ayat ini menegaskan bahwa Lailatul Qadar adalah malam yang dikatakan memiliki nilai lebih baik dari seribu bulan.
Dengan syarat, sebagaimana pendapat Ibnu Katsir (w.774H) dengan mengutip pendapat Amr ibnu Qais Al-Mala’I, melakukan berbagai macam amal shaleh, bukan hanya sekedar tidak tidur sepanjang malam.
Quraish Shihab, mengatakan dalam bukunya “Membumikan Al-Qur’an” bahwa Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan. Nilainya lebih baik daripada melakukan amalan selama 1000 bulan. Allah SWT berfirman, “Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al-Qadr [97]:3)
Pada malam ini juga Al-Qur’an diturunkan yang disebut dengan “malam yang diberkahi”, sebagaiamana yang termaktub dalam (QS. AdDukhan [44]: 3), Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad-Dukhan [44]: 3)
Kembali kepada pembahasan tentang terjadinya Lailatul Qadar, maka peristiwa itu akan terjadi pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan. Pendapat ini berdasarkan hadis dari Aisyah ra yang mengatakan: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul Adhim (Beirut: 1991) h. 121).
Hadis Rasulullah Saw menjelaskan, “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Said, Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Abu Suhail dari ayahnya dari Aisyah Ra.
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: bersungguh-sungguhlah kamu beribadah pada malam qadr yaitu pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. imam Bukhari).
Sementara di Negara kita Indonesia, ketika memasuki malam-malam ganjil pada malam ke sepuluh terakhir di bulan Ramadan terlihat bahwa sebagian kaum muslimin akan beri’tikaf di masjid-masjid, dengan berbagai rangkaian kegiatan di tiap malam hingga menjelang pagi.
Ada juga kegiatakan salat teraweh yang disertai Ceramah Agama, shalat Tahajud berjamaah, membaca Al-Qur’an hingga mengkhatamkannya.
Selain itu, tak jarang pula ada beberapa orang yang berkemampuan secara finansial, mereka mengisi 10 malam terakhir bulan Ramadan dengan cara menyantuni anak yatim, fakir miskin, duafa’ dan lainnya.
Ada beberapa ciri orang yang pernah mendapatkan Lailatul Qadar. Diantaranya yaitu mendapat ketenangan jiwa, bersungguh-sungguh dalam beribadah, mendapatkan hikmah sehingga sangat hati-hati atau apik dalam kesehariannya (tidak mencampurkan tauhid dengan syirik, yang hak dengan yang batil), dan senantiasa istiqamah dalam melakukan amal kebajikan kapan pun dan di manapun ia berada.
Kadar dan kualitas iman dan takwanya kian meningkat seiring dengan perjalanan usia dan umur yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Semoga kita semua mendapatkan rezeki dari Allah SWT di malam 10 hari terakhir bulan Ramadan. Karena kesungguhan dan tekad kita dalam beribadah untuk mendapatkannya, serta semua doa kita diijabah oleh Allah SWT. Hidup kita kian membaik dan sejahtera dalam bingkai ketaatan kepada-Nya.
Allahumma Inna nas’aluka ridhaaka wal jannah, wa na’udzubika min sakhatika wan naar. Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annaa Yaa Kariim. Wal hamdulillahi rabbil ‘aalamiin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: