Kerjasama Antar Daerah dan Regional Investor Relation Unit, Strategi BI Stabilkan Harga Pangan

Kerjasama Antar Daerah dan Regional Investor Relation Unit, Strategi BI Stabilkan Harga Pangan

--


RADARBENGKULU, DISWAY.ID - Harga cabai merah keriting saat ini anjlok. Terpantau harganya saat ini Rp mulai dari Rp 16 hingga Rp 18 ribu per Kg.
Dalam kondisi ini, tentu konsumen diuntungkan. Namun dibalik kenikmatan konsumen tersebut ada para petani dan produsen atau pedagang cabai yang menelan 'pil pahit' kerugian. Karena tak sebanding dengan modal dan pendapatan.

 


Lantas apa usaha pemerintah menyoal ini? Apakah begerak dengan banyak jurus ketika harga cabai naik saja?  Atau apakah turun drastisnya harga cabai ini merupakan sebuah prestasi?



Salah seorang pedagang cabai merah di kota Bengkulu, Teddy mengatakan, harga cabai merah keriting turun tajam.  Usai moment puasa idul fitri lalu harga cabai merah keriting tak pernah tembus 26 ribu per Kg. Apalagi sekarang hanya Rp 18 ribu per Kg.

BACA JUGA:Kasus Kesakitan Gigi di Bengkulu Terbilang Tinggi, Baik Gigi Berlubang dan Sebagainya

 

Teddy menuturkan, menurut dia harga yang ideal cabai ini di kisaran 25 ribu sd 35 ribu per Kg. Dengan begitu petani tertolong, pedagang Seimbang dan konsumen terjangkau daya belinya.

 

Disisi lain, Kepala Perwakilan BI Provinsi Bengkulu  Darjana usai dikonfimasi soal murahnya harga cabai menyatakan, TPID Provinsi Bengkulu, TPID Kota/Kab di Prov.Bengkulu dan Bank Indonesia selalu memantau perkembangan harga pangan, termasuk cabai.

 

Perkembangan harga ini dilaporkan kepada pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Koordinator Ekonomi dan Kementerian Dalam Negeri yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Nasional dan juga di publikasikan di website  Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yaitu www.hargapangan.id yang di-update setiap hari oleh TPID seluruh provinsi.


 

Upaya pengendalian harga pangan bukan ditujukan untuk menekan harga pangan serendah-rendahnya yang berpotensi merugikan petani atau produsen pangan. Namun upaya pengendalian ditujukan untuk mengendalikan harga agar tidak bergejolak yang berpotensi menimbulkan kepanikan di masyarakat. Tim Pengendalian Inflasi baik di Pusat maupun di Daerah menjaga tekanan inflasi di daerah tetap berada di rentang yang stabil (rentang target inflasi nasional 3±1%), dan sekaligus mendukung pembangunan ekonomi daerah.

BACA JUGA:PPDB: Tidak Masuk Akal, Kalau Ada Satu Kartu Keluarga Yang Berada Dekat Sekolah Punya Anak 50 Orang

 

 

TPID Kota/Kabupaten dan Provinsi Bengkulu telah melakukan berbagai upaya dalam kegiatan pengendalian inflasi daerah. Ketika terjadi peningkatan harga yang tidak wajar pada beberapa komoditas, dalam upaya quick wins, TPID melakukan kegiatan operasi pasar dan pasar murah untuk mengembalikan harga kembali ke harga wajar. Dalam jangka panjang, TPID bersama OPD terkait juga bersinergi dan bekerja sama mendorong peningkatan produksi komoditas pangan utama yang saat ini defisit melalui ektensifikasi dan intensifikasi lahan pertanian.

 

 

Begitu pun sebaliknya, ketika terjadi penurunan harga yang tidak wajar, TPID telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk meredam kondisi yang terjadi. Salah satunya melalui kerja sama antar daerah (KAD), saat ini telah dilakukan MoU antara pemerintah daerah di wilayah Bengkulu dengan daerah lain di luar provinsi. Mekanisme KAD berguna pada momen ini, karena melimpahnya produksi komoditas pada saat panen dapat disalurkan ke daerah yang sudah memiliki MoU dengan Bengkulu. Khusus untuk cabai merah, saat ini kita telah menjalin komunikasi dengan Kabupaten Lubuklinggau dan Kota Palembang (Daerah yang telah memiliki MoU KAD) untuk dapat menyerap ekses produksi cabai merah yang sedang terjadi.

BACA JUGA:Polisi RW Dilaunching Polres Bengkulu Utara

 

 

Lebih lanjut, dalam jangka panjang, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah juga telah aktif melakukan pembinaan pada UMKM di wilayah Bengkulu melalui program klaster. Dalam program tersebut, UMKM binaan akan dibantu secara end to end, dari sisi hulu hingga hilir dan pemasaran. Sebagai informasi, pada tahun ini Bank Indonesia bersama stakeholder terkait tengah mengupayakan program hilirisasi beras, untuk mendorong peningkatan nilai tambah pada hasil panen padi di wilayah Bengkulu.

 

 

 

Terbaru, saat ini Bank Indonesia dan pemerintah daerah juga telah me-launching program Regional Investor Relation Unit (RIRU) untuk mendorong peningkatan investasi daerah. Diharapkan dengan adanya program ini, semakin banyak investor yang menanamkan modalnya di Bengkulu dan membuat industri hilir, sehingga dapat mempercepat peningkatan nilai tambah untuk komoditas utama di Bengkulu.(ae2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: