Sifat dan Budi Pekerti Rasulullah Muhammad SAW Pemimpin Umat

Madsani, S.Ag-Adam-RADARBENGKULU
adanya proses kesadaran ilahiyah dalam setiap embusan nafas manusia, juga tersingkirnya mudarat atau kerugian bukan hanya secara duniawi tapi juga ukhrawi.
Keempat, ayat tersebut menegaskan tentang sifat Nabi yang raûf (welas asih) lagi rahîm (penyayang) kepada umatnya. Kita tahu bahwa dua sifat itu adalah bagian dari 99 asmaul husna. Ini sekaligus menunjukkan keistimewaan derajat Nabi Muhammad. Dua nama indah Allah dilekatkan pada diri beliau.
Jamaah salat Jumat rahimakumullâh,
Rahmat atau kasih sayang tersebut mewujud dalam karakter kepemimpinan Rasulullah yang tidak kasar menghadapi masyarakat. Beliau juga gemar memaafkan dan memohonkan ampun ketika umatnya yang berlaku salah, bersedia bermusyawarah, dan bertawakal kala tekad sudah bulat.
Seperti yang dituturkan Al-Qur’an: ''Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” (QS Ali Imran: 159)
Jamaah shalat jum’at rahimakumullâh,
Sungguh Nabi Muhammad SAW memiliki sifat-sifat sempurna yang tak ada bandingannya. Allah telah mendidiknya dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman kepadanya sebagai pujian terhadapnya.
“ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur” ( Al-Qalam :4 )
Sifat - sifat dan budi pekerti yang agung Rasulullah inilah sebagai cerminan Beliau selalu bergembira dan berakhlak mulia. Tidak kasar dan tidak keras suaranya, tidak berkata keji, tidak mencela, bukan seorang pemuji, selalu mengabaikan hal-hal yang tidak beliau sukai, dan beliau tidak pernah berputus asa.
Beliau telah meninggalkan untuk dirinya sendiri tiga perkara: meninggalkan riya’, meninggalkan sikap berlebih-lebihan dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. Dan telah meninggalkan untuk orang lain tiga perkara juga yaitu : tidak mencela seseorang dan tidak menghinanya, tidak membuka aibnya, dan tidak berbicara kecuali pada perkara-perkara yang diharapkan pahalanya.
Demikianlah karakter Nabi Muhammad SAW yang kita yakini sebagai teladan paling ideal bagi umat manusia. Namun yang menjadi pertanyaan, seberapa besar kesadaran tentang hal itu tertanam kuat dalam diri kita masing-masing dalam realita kehidupan sehari-hari?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu