Bulan Dzulhijjah Penuh Khidmat

Bulan Dzulhijjah Penuh Khidmat

Dr. HM. Nasron HK. M.Pd.I-Adam-radarbengkulu

Al Qur’an mencatat sejarah ini sebagai bentuk penyempurnaan manusia berbakti pada Allah SWT Surat As Shaffat ayat 102: Syaikh Utsman bin Hasan Al Khaubawi dalam kitab Durratun Nashihin memberikan penjelasan bahwa perjalanan Nabi Ibrahim AS dari negeri Syam hingga Makkah dalam mengikuti perintah Allah SWT diabadikan dalam rangkaian ibadah sunnah puasa Tarwiyah (yataraw, memikirkan diri atas mimpi menyembelih anaknya) dan puasa Arafah (‘arafa, tahu dan yakin bahwa mimpi itu dari Allah).

Arafah juga menjadi tempat puncak ibadah haji. Dan kemudian hari kesepuluh Dzulhijjah menjadi penyembelihan (nahr).

 

Jamaah Jumat yang berbahagia

Rasa syukur Nabi Ibrahim AS atas tidak jadinya menyembelih putranya, diganti dengan menyembelih 1.000 kambing, 300 lembu dan 100 unta demi taat kepada Allah SWT.

Jelas sekali bahwa qurban ini menjadi ibadah sosial yang sangat mengangkat derajat para peternak hewan dan menjadi bukti emansipasi kepada kaum dlu’afa yang menerima manfaat pembagian daging qurban.

 

Di penghujung khutbah ini perlu ditegaskan kembali pentingnya umat Islam memuliakan agama dengan cara mengikuti seluruh perintah Allah SWT. Umat Islam yang sudah kaya harta, diwajibkan untuk haji ke baitullah. Termasuk disunnahkan melaksakanakan qurban.

Allah berfirman: Yang artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar: 1-3)

 

Jamaah Jumat yang berbahagia

Hal terpenting lainnya adalah tentang memanusiakan bangsa dengan cara yang tepat mencintai tanah air (hubbul wathan). Kita tahu bahwa Makkah yang disanjung oleh Nabi Muhammad SAW sebagai titik sejarah peradaban.

Bahkan di sekeliling Ka’bah (antara hajar aswad, makam Ibrahim dan sumur Zamzam) ada makam Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Syu’aib, Nabi Shalih dan 99 Nabi lainnya (kitab Manasik Haji karya Syaikh Shalih bin Umar Assamarani).

 

Dengan cara Nabi mencintai Makkah dan Madinah, maka kita pun bangsa Indonesia juga sangat perlu mencintai negeri tanah air ini dengan menjadikan negeri yang damai, Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu