Tiga Nilai Kebaikan dari Keluarga Ibrahim AS

Tiga Nilai Kebaikan dari Keluarga Ibrahim AS

H.Ahmad Farhan, SS., M.S.I -Adam-radarbengkulu

Terkait ini, mari sejenak kita mengingat kembali. Boleh jadi ada diantara kita yang pernah kecewa, berkeluh kesah hingga marah kepada Allah karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

Tanpa disadari, kita seakan memaksa Tuhan mengabulkan keinginan, mendikte Allah agar mengabulkan doa. Padahal Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Allah tidak mengabulkan apa yang menjadi keinginan, tapi Allah berikan sesuai kebutuhan. 

 

Dengan demikian, selaku orang beriman, bahwa setiap yang berlaku dalam kehidupan, tidak berlepas dari Yang  Maha Rahman. Karena tidak mungkin sesuatu terjadi, kecuali Allah yang menghendaki.  Karena Takdir Allah tidak salah, melainkan kita yang salah dengan penerimaannya.

Boleh jadi sesuatu yang ditimpakan tak baik menurut kita, tapi ternyata  baik di mata Allah. Begitupulah boleh jadi yang baik menurut kita, ternyata tidak baik menurut Allah. 

 

Allah menegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 216 yang artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” 

 

Jamaah kaum muslim yang berbahagia

Kedua,  Berkurban di dunia untuk kehidupan akhirat. Tidak jarang manusia begitu luar biasa untuk menguasai dunia, mati-matian untuk mendapatkan dunia, tapi setengah hati bahkan abai untuk akhiratnya. Tidak sedikit manusia berjuang untuk hidup enak, tapi jarang berjuang bagaimana mana nanti matipun enak.

Kalaulah berharap dunia ini memberikan kebahagiaan, mengapa tidak berharap di akhirat juga bertabur kebaikan. Kalau berkurban untuk dunia mudah, mengapa ketika berkurban untuk kebaikan di akhirat malah ogah. 

 

Ketika diminta sedekah susah, ditanya zakat harta malah marah. Ketika merokok tiap hari bisa, jika dikalkulasi setahun bisa lebih dari 5 juta, lalu menjadi peserta kurban kenapa tidak pernah? 

Ingatlah, bukankah setiap yang berkaitan dengan kehidupan dunia, pasti sifatnya sementara. Sebaliknya, kehidupan diakhirat, maka berlaku hukum selamanya. Lalu mengapa kita masih terjebak untuk mendapatkan kesuksesan sementara dan  melupakan kesuksesan selamanya? Bukankah dunia ini sebentar saja. Sakit sehatnya, sempit lapangnya, pendek panjangnya, tebal tipisnya, hitam putihnya, tua mudanya? Bahkan kehidupan dunia dengan segala isinya adalah fana, hanya Allah yang kekal selamanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu