Tiga Nilai Kebaikan dari Keluarga Ibrahim AS

Tiga Nilai Kebaikan dari Keluarga Ibrahim AS

H.Ahmad Farhan, SS., M.S.I -Adam-radarbengkulu

 Allah berfirman dalam QS. Al-Rahman: 26-27 yang artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan sirna. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”

Bahwa ibadah kurban merupakan warisan dari napak tilas dan sejarah penting Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Ibadah kurban mengandung unsur kepasrahan dan ketundukan seorang hamba kepada Tuhan seraya dilanjutkan dalam bentuk penguatan relasi kemanusiaan. 

 

Hakikat kurban tidak hanya ekspresi keshalihan individual saja, namun hakikat kurban adalah wujud dari keshalihan sosial juga, yang mengandung unsur penguatan relasi kemanusiaan melalui momen berbagi antar sesama.

Ibadah kurbanpun mengandung pesan moral yang kuat untuk menumbukan kepedulian sesama, merekatkan ikatan persaudaraan dalam berbangsa dalam bentuk ta’awun: berbagi dan peduli.  Maka semua kebaikan yang kita lakukan hari ini, pada hakikatnya bekal kita di akhirat nanti.

 

 Allah berfirman: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan mendapatkan (balasan)-nya.  Baranng siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan mendapatkan (balasan)-nya". (QS. al-Zalzalah: 7-8)

 

Ketiga,   Istiqamah itu penting dan menjadi kekuatan.  Potret keluarga Nabi Ibrahim AS mengajarkan kepada kita semua dalam  mempertahankan dan memperkokoh jati diri sebagai seorang mukmin yang selalu berusaha untuk konsisten dan istiqamah pada jalan hidup yang benar, apapun tantangan, keadaan dan bagaimanapun situasi serta kondisinya. Begitulah memang yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya dengan hujjah. 

Dalam sejarah, ketika Nabi Ibrahim masih remaja,  kita dapati beliau menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di sekitarnya. Sebagaimaa difirmankan Allah yang atyinya: 

 

''Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. ''

Mereka berkata: ''Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”. 

 

Mereka berkata: ''Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini, namanya Ibrahim”. (QS Al-Anbiya’: 58-60).,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu