Kisah Teladan Keluarga Nabi Ibrahim AS

Kisah Teladan Keluarga Nabi Ibrahim AS

Prof. Dr..H. Zubaedi M. AG M. Pd-Adam-radarbengkulu

 

“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

 

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya,  “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian disambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’

 

Hadirin Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah

Inilah sejarah pertamanya kurban di Hari Raya Kurban yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Kurban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya. Jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan kurban, kita masih terlalu banyak berpikir. Memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk shalat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya.

Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat  Allah SWT.

Berkaitan dengan ibadah kurban diabadikan Allah dalam al-Qur’an  S. Al-Hajj: 37, yang artinya:

 

”Daging-daging kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Asbabun Nuzul  Q.S. 22 al-Hajj: ”

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang-orang jahiliah biasa membalur Baitullah dengan daging unta dan darahnya. Berkatalah shahabat-shahabat Rasulullah Saw yang artinya: “Kita lebih berhak membalur Baitullah.” Maka turunlah ayat ini (QS: 22 al-Hajj: 37) yang menegaskan bahwa Allah tidak akan menerima daging dan kurban mereka, akan tetapi yang akan terima hanyalah ketakwaan. [Diriwayatkan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Juraij.

Prof. Dr. Wahbah Zuhaili menafsirkan ayat ini sebagai berikut :

Daging dan darah kurban itu tidak akan pernah naik dan sampai kepada Allah, tetapi takwalah yang akan sampai kepada-Nya. Dia menerimanya dan memberi balasan atas ketakwaan dan rasa takut kalian kepada Allah, serta amal saleh kalian yang disertai  dengan keimanan. 

Demikianlah, Allah menundukan hewan ternak bagi kalian agar kalian mengagungkan dan bersyukur kepada Allah atas petunjuk-Nya kepada kalian pada agama dan syariat-Nya, serta pengajaran-Nya kepada kalian tentang tata cara bertaqarrub lewat kurban ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu