Pentingnya Memiliki Keturunan Yang Shalih
KH. Muhammad Syamlan-Adam-radarbengkulu
Karena kita harus segera menyadari pada akhirnya, tidak ada gunanya harta benda. Kita tidak bisa lagi nanti menikmati manis. Tidak bisa lagi menikmati naik mobil. Tidak bisa lagi menikmati naik pesawat. Tidak bisa lagi menikmati punya rumah bagus. Pada akhirnya ketika sudah tua, apalagi syakarat, bahkan apalagi di alam kubur.
Di alam kubur jangan sekali-kali mengharapkan anak nanti membangun kuburan kita. Karena, itu tidak ada gunanya. Jangan berharap anak kita harus datang ke situ malam Jumat atau malam Sabtu dengan membawa minuman teh atau kopi, tidak ada gunanya! Tidak terlalu penting anak datang ke kuburan. Karena hubungannya bukan fisik lagi.
Yang penting adalah waladin sholihin anak yang sholeh, yang dia itu mendoakan. Tidak begitu banyak gunanya anak datang. Yang perlu datang, yang berguna datang untuk orang tua, apalagi sudah di alam kubur itu adalah keshalihan dan doa.
Dan kalau kita tidak punya anak keturunaan yang sholeh, maka di situlah kering kita di alam kubur. Tidak ada doa yang mengalir. Di mana ini doa anakku, keturunanku, tidak ada. Kenapa? Karena anak hanya foya-foya di dunia. Anak hanya dangdutan. Anak hanya kumpul-kumpul di pinggir-pinggir jalan, main game. Tidak di masjid! Anak tidak bisa membaca Al Qur’an.
Kalau sudah begitu apa yang sampai kepada orang tua? Tidak ada. Doa pun tidak bisa. Karena itulah kebahagiaan yang sangat besar bagi orang tua adalah ketika memiliki anak-anak keturunan atau anak didik-didik yang sholeh-sholehah.
Dan untuk memiliki anak yang sholeh dan sholehah sebagaimana Nabi Ibrahim, bukan hanya berpangku tangan, tapi memang membutuhkan perjuangan dan membutuhkan pengorbanan.
Nabi Ibrahim dianugerahi oleh Allah subhanahu wa taala anak-anak yang Sholeh Sholehah, itu bukan berdiam diri, tapi berjuang, menggendongnya, lalu berkorban, sampai mau menyembelihnya, hingga diganti oleh Allah subhanahu wa taala dengan kambing, kibas. Menunjukkan apa? Untuk memiliki anak keturunan yang sholeh sholehah orang tua memang dituntut untuk berjuang, mendidiknya dan berkurban.
Innaa a'thainakal kautsar fashalli lirabbika wanhar inna syaniaka huwal abtar..
Sungguh, Allah telah memberikan nikmat yang banyak kepadamu, maka dirikanlah shalat dan berkorbanlah. Sesungguhnya yang membencimu, itulah yang terputus.
Kalian tidak terputus. Kalau kalian selalu bersyukur, sholat, berkorban, dan kalian punya anak-anak yang sholeh, maka tidak akan terputus akan terus mengalir meskipun sudah di alam kubur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu