Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Quizizz 3D AR di Bengkulu

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Quizizz 3D AR di Bengkulu

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Quizizz 3D AR di Bengkulu-Ist-

Prototipe ini dirancang tidak hanya untuk siswa tingkat SMK, namun juga siswa SMP dan SMA, para pengajar, institusi pendidikan yang menerapkan kurikulum Merdeka Belajar, serta orang tua sebagai pendukung pembelajaran di rumah.

“Selain siswa, guru dapat menggunakan media ini sebagai alat bantu yang membuat proses belajar mengajar lebih menarik. Dengan AR, setiap materi bisa diproyeksikan lebih nyata dan memudahkan penyerapan materi bagi siswa dengan berbagai gaya belajar,” tambah Dr. Mesterjon.

Penggunaan teknologi AR yang diusung oleh prototipe ini diklaim mampu memenuhi kebutuhan berbagai institusi pendidikan yang menginginkan pendekatan modern dalam sistem pengajaran.

AR memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan realistik, sehingga membantu siswa merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna.

Dengan menggunakan perangkat umum seperti smartphone atau tablet, prototipe ini memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi, memungkinkan siswa belajar dimana saja.

“Proyek ini memiliki potensi komersial yang besar karena mampu menyediakan metode belajar yang modern dan interaktif. Dengan model berlangganan atau lisensi, sekolah-sekolah yang ingin menerapkan kurikulum Merdeka Belajar bisa memanfaatkannya untuk memperkaya pengalaman belajar siswa,” ujar Dr. Mesterjon.

Dengan inovasi yang dikembangkan ini, manfaatnya tidak hanya terbatas pada aspek pendidikan semata, namun juga berpotensi memberikan dampak sosial dan ekonomi yang luas.

Inovasi ini mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna.

 “Dukungan media pembelajaran AR ini sejalan dengan program Merdeka Belajar yang diterapkan pada lebih dari 160 SMA dan 77 SMK di Provinsi Bengkulu. Kami berharap, media ini mampu menciptakan atmosfer belajar yang fleksibel dan interaktif,” ujarnya.

Di samping dampak sosial, inovasi ini juga memiliki potensi ekonomi sebagai solusi berlangganan dan lisensi yang dapat diperluas ke banyak institusi pendidikan.

Dr. Masterjon menambahkan bahwa model bisnis yang akan diterapkan adalah kombinasi dari berlangganan gratis dan berbayar untuk fitur tambahan, yang memungkinkan institusi pendidikan memanfaatkan produk ini sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Dalam pengembangan prototipe ini, terdapat beberapa komponen utama yang mendukung kebijakan Merdeka Belajar (MB) di sekolah-sekolah.

Konsep Merdeka Belajar menekankan pada kemandirian siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Prototipe AR ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi materi secara mandiri.

Teknologi yang dihadirkan tidak hanya membuat pembelajaran lebih engaging, tetapi juga memungkinkan adaptasi yang mudah terhadap berbagai gaya belajar siswa, baik itu visual, kinestetik, maupun auditori.

“Dengan prototipe ini, siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dapat merasakan pembelajaran yang lebih personal dan efektif. Kami juga menemukan bahwa teknologi AR ini sangat membantu dalam mengembangkan keterampilan abad ke-21. Seperti keterampilan digital, kreativitas, pemecahan masalah, dan kolaborasi. Semua ini penting bagi kesiapan mereka menghadapi tantangan di masa depan,” ungkap Dr. Mesterjon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: