Mensyukuri Nikmat Allah SWT

Mensyukuri Nikmat Allah SWT

Ahmad Sidik, S.Mn-Adam-radarbengkulu

 

Sebab keempat yang bisa menjadi pemicu terus merasa kurang dengan rejeki dari Allah SWT, yaitu sifat congkak, pamer, dan sombong. Sudah sempat kami singgung sebelumnya, bahwa rejeki itu Rahmat Allah SWT, bukan semata-mata karena usaha manusia. Maka tidak perlu terlalu disombong-sombongkan.   

Kata Allah dalam surat adh-Dhuha ayat terakhir yang artinya: ''Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur).''

 

Ayat ini kadang disalahgunakan oleh orang-orang untuk pamer.   Dengan dalil wa amma bini’mati rabbika fahaddits, terus diphoto, disebar luaskan,  Salah kaprah, bukan begitu maksudnya. Makna menyatakan di sini, tahadust adalah syukur.

Para ulama tafsir menafisrinya dengan kata “Bersyukur”. Artinya dengan nikmat Allah SWT, kalau sudah diberikan kepadamu, nyatakanlah kepada Allah SET dengan rasa syukur dan terima kasih, bukan dengan pamer-pamer.

 

Selanjutnya, Allah SWT juga memberikan gambaran, hambanya yang seret rejeki, alias terus merasa kurang dengan surat an-Nahl 18 yang artinya: ''Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.''

Kita kadang, suka menghitung-hitung rejeki Allah SWT. Ini juga bisa diartikan ke arah perhitungan, alias pelit. Sementara nikmat allah itu luas, tidak terhingga.  . Maka kalau kita mau terus dicukupkan oleh Allah SWT, dan hati kita terus bersyukur tidak merasa kurang, ya tidak perlu terlalu perhitungan. Malah sebaiknya sedekah yang banyak, sebagaimana Rasulullah sampaikan yang artinya: “Harta tidak berkurang karena bersedekah.”

 

Justru bisa sebaliknya, bertambah semakin banyak dilipatkangandakan sebagaimana kata Allah SWT dalam Al-Baqarah 216 yang artinya : “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah SWT melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

 Jika kita mengartikan nikmat dan rejeki itu uang, maka salah besar. Kita lupa dengan telinga kita, hidung kita, badan kita, Kesehatan, keluarga, anak, istri, suami, ayah ibu, matahari, udara yang kita hirup, angin, pohon-pohon, dan lain sebagainya, itu juga nikmat-nikmat yang justru tidak terhitung dan harus kita syukuri. 

Bahkan yang dimaksud rejeki itu hanya yang kita manfaatkan. Ibarat gaji 3 juta, 2,5 jutanya untuk nafkah keluarga, sementara kita hanya menikmati 500.000 ya itu saja rejekinya, sisanya hanya lewat kita. Dan itu semua berasal dari Rahmat Allah SWT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu