“Selamat malam pak Aarav, Ibu Aarav dan Adarel, senang bertemu dengan kalian!” ujar Ayahnya Yurika dengan sopan.
“Jadi, kami sebagai orangtua kalian ingin yang terbaik untuk anaknya. Apalagi dengan masalah pendamping hidup. Adarel, ayah menjodohkanmu dengan Yurika karena ayah dan ibu rasa kalian berdua cocok, maka dari itu kami sebagai orangtua kalian berharap kau dan Yurika menerima perjodohan ini,”sahut ayahnya Adarel dengan senyum senang.
Terlihat sekali dari wajah mereka masing-masing bahwa tidak ingin menerima perjodohan itu.
“Kita tidak bisa!”seru mereka kompak yang membuat orang tua mereka tertawa tipis.
“Coba dulu. Kalian kami beri masa pendekatan selama 5 bulan. Jika cocok, kami akan menikahkan kalian
berdua. Jika tidak, ya apa boleh buat. Perjodohan ini kami batalkan,”ucap ayah Adarel untuk meyakinkan mereka berdua.
Yurika menghela nafas kasar. Begitupun dengan Adarel. Ia juga mengehala nafas kasar.
“Baiklah, setuju!”jawab mereka kompak.
Dan benar saja, selama masa pendekatan, ternyata mereka berdua saling nyaman dan satu frekuensi. Sehingga membuat mereka sepakat untuk melanjutkan hubungan ini. Walaupun awalnya saling gengsi. Hari demi Hari berlalu, Minggu demi Minggu juga berlalu, saat pertama kali Yurika menjenguk Adarel di kantornya, sangat terdengar begitu jelas jika satu kantor itu membicarakannya. Hal itu membuat Yurika drop. Bahkan ingin memutuskan hubungan bersama Adarel.
“pansos doing tuh cewek!” ujar salah satu di kantor itu.
“Nggak cocok!”sambar salah satu karyawan disana. Bahkan rekan kerja Adarel juga banyak yang tidak suka dengan Yurika.
Karena hal itulah Yurika memutuskan untuk mengakhiri hubungannya selama 1 bulan dengan Adarel. Setelah itu Adarel menemui Yurika dan mengajaknya untuk kembali dan menghadapi segala masalah bersama-sama. Karena merek sudah saling mencintai, gadis itu menyetujui permintaan Adarel.
Flasback off.
“Apakah kau mencitainya?” tanyanya memastikan.
Adarel tertawa tipis. “ Kalau saya menerimanya berarti saya mencintainya bukan? Walaupun awalnya saya tidak yakin, namun dia bisa membuat saya nyaman,”balasnya yang benar-benar membuat hati Kimberly sakit.