BACA JUGA:Inilah Kisahnya Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (30-Habis) - Selamat Tinggal Kota Bengkulu
Yang paling dikhawatirkan Belanda tentu sosok si "Singa Podium", Bung Karno. Belanda tidak menginginkan Sukarno jatuh ke tangan Jepang. Jika itu terjadi, posisi mereka bisa semakin terpojok.
Kala kekuasaan Jepang semakin meluas, Bung Karno masih diasingkan di Bengkulu, tapi tentara Jepang mulai menerobos wilayah Bengkulu dari arah Lubuk Lingau.
Belanda sebetulnya diselimuti ketakutan yang luar biasa. Akan tetapi, mereka tetap mengatur siasat "melarikan" Bung Karno agar tidak jatuh ke tangan Jepang.
Mendapat informasi Jepang bakal segera masuk Bengkulu, Belanda mengatur siasat melarikan Sukarno beserta keluarga.
Pada bulan Februari 1942, di suatu malam, empat orang Polisi Belanda mulai melakukan perjalanan pelarian, menggunakan sebuah mobil pickup kala itu.
BACA JUGA: Inilah Kisahnya Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (24) - Masa Penantian yang Panjang
Untuk mengecoh pasukan Jepang, mulanya rombongan Bung Karno berjalan ke arah selatan Bengkulu. Setelah memastikan tidak ada lagi yang melihat, baru mereka memutar dan justru menuju ke arah Utara dengan tujuan Padang.
Dikisahkan dalam buku yang ditulis Cindy Adam ia itu, Sukarno, Inggit (istri Bung Karno), Sukarti (keponakan), dan Riwu (pembantu dari Flores) berangkat dari Bengkulu pada pukul 11 malam.
Setelah menempuh sekitar 18 jam perjalanan, dikatakan tiba sekitar pukul 5 sore esok harinya, rombongan Bung Karno tiba di Mukomuko.