RADAR BENGKULU - Penuh keyakinan dan keteguhan menjadi kekuatan yang besar bagi seorang nelayan muslim untuk tak menyerah supaya bisa pergi ke tanah suci.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Matsa, lelaki berusia 68 tahun asal Kepulauan Riau, Batam yang tahun ini dapat memenuhi panggilan Allah SWT untuk berangkat ke tanah suci tahun 2024 ini.
BACA JUGA:Karsidi Menunggu 12 Tahun Untuk Menunaikan Ibadah Haji, Kisah Para Jemaah Haji Lansia Indonesia
BACA JUGA:10 Tempat Makan Mie Ayam Enak dan Murah di Kota Bengkulu, Mendapat Rating Tinggi di Google Maps
Memancarkan wajah yang bahagia sambil mendorong koper dan bungkus plastik, Matsa bersama sang istri serta jemaah lainnya asal Embarkasi Batam, mereka duduk di kursi yang ada di Paviliun Bandara Amir Muhammad bin Abdul Azis.
Warga yang bermukim di Kelurahan Pantai Pecong Kecamatan Belakang Padang Kota Batam ini adalah nelayan tradisional penangkap ikan.
Profesi yang ia tekuni saat ini, mengantarkan langkah kakinya bersama istri menuju Baitullah. Rasa syukur pun tak bisa ia bendung
"Alhamdulillah pak, luar biasa. Allah yang nganter kan, kita gak bisa apa - apa. Tergantung pada niat lah," ujar Matsa saat ditemani di paviliun Bandara, pada Senin, 13 Mei 2024.
Matsa sangat bersyukur, atas jerih payahnya ketika mengumpulkan uang dari profesinya yang sebagai Nelayan, ternyata justru dapat mengantarkannya berangkat ke tanah suci untuk ibadah haji.
BACA JUGA:Rohidin Mersyah Tidak Bisa Maju Pilgub Bengkulu Tahun 2024? Ini Penjelasan Pengamat Politik Bengkulu
"Itu memang tak bisa dibayangkan karena kan yang bisa memanggil itu Allah, bukan uang atau fisik kita kan. Kalau fisik kita kuat tapi kalau Allah tak panggil. Tujuan kita mau ibadah kan. Mudah- mudahan perjuangan kita di ridhoi oleh Allah," katanya.
Tak mudah bagi Matsa untuk bisa melunasi biaya perjalanan ibadah haji.
Sejak 2012 ia telah menyisihkan uang hasil dagangan ikan tangkapannya, sedikit demi sedikit.
Meski terkadang terdapat halangan yang melintang dirasakan oleh Matsa, namun niat kuat dari Matsa mampu membawa dirinya pergi ke Tanah Suci bersama sang istri tercintanya.
"Kadang satu tahun nganter cuma 1 juta atau Rp1,5 juta. Gitulah nyicil - nyicil dari hasil nelayan. Ngumpul - ngumpul dari Rp20 juta lebih sampai Rp30 juta lebih. Memang murni pak, hasil tangkapan ikan. Dari jaring sampai pasang - pasang itu. Kadang - kadang nengok keadaan bang. kalau air naik tidak ada. Saya dari umur 15 sampai 60 lebih," ucap Matsa.