Tiga Nilai Kebaikan dari Keluarga Ibrahim AS

Senin 17-06-2024,01:05 WIB
Reporter : Adam
Editor : Azmaliar Zaros

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah

Jika kita berada pada bulan Zulhijjah maka ada dua moment yang tidak bisa dilepaskan dalam bulan ini. Yaitu ibadah haji dan ibadah kurban. Bagi jamaah seluruh dunia yang berada di Makkah, mereka melaksanakan ibadah haji, menyempurnakan rukun Islam kelima. Bagi mereka di masing-masing negerinya, maka melaksanakan penyembelihan hewan kurban di hari raya Idul Adha. 

Ada nilai penting dari kedua ibadah  ini. Yaitu  bentuk ketaatan dan keikhlasan  kita sebagai hamba  kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

 

Dalam moment Idul Adha ini, mari  kita kembali belajar  tiga nilai utama dari  potret keluarga Nabi Ibrahim.  Bahwa keteladan seorang suami dan ayah, istri dan anak yang menjadi satu kesatuan tak terpisahkan dalam terciptanya keluarga tangguh. Inilah pesan dan nasihat untuk kita semua yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan keluarga. 

 Pertama,  selalu berbaik sangka  kepada  Allah.  Bahwa hidup ini pasti ada perintah dan larangan, musibah dan ujian dari Allah. Maka Ketika diperintahkan, atau diminta meninggalkan larangan, tentunya ada pasti ada kebaikan. 

 

Sebagai suami dan bapak, Nabi Ibrahim berbaik sangka kepada Allah Swt seberat apapun perintah dilaksanakannya. Manakala harus menempatkan istri dan anaknya di Bakkah (Makkah) merupakan sesuatu yang berat, karena di tempat itu tiada siapa-siapa, belum ada kehidupan, bahkan air saja tidak tidak ada.  Apalagi tatkala mendapatkan perintah untuk menyembelih sang putra tercinta yang diisyaratkan hanya dalam mimpinya.

Siti Hajar, sang istri juga berbaik sangka kepada Allah Swt, bahwa penempatannya di tempat yang gersang itu atas perintah Allah Swt, maka ia menerima dengan hati yang ringan. Dia yakin tidak mungkin Allah Swt bermaksud buruk pada dirinya.

 

Perintah dijalani dengan baik, mengurus, membesarkan dan mendidik anak hingga memiliki kematangan berpikir dan kematangan jiwa.  Allah swt memberi kemudahan kepadanya dengan rizki seperti air yang hingga kini sudah dinikmati begitu banyak orang dari seluruh dunia. Yakni air zamzam.  

Ismail selaku anak, juga berbaik sangka atas perintah Allah melalui ayahnya agar dirinya disembelih. Bahkan dirinya mempersilahkan sang ayah dan menyakinkannya bahwa Ismail akan sabar atas perintah ini.

 

Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah

Terkait ini, mari sejenak kita mengingat kembali. Boleh jadi ada diantara kita yang pernah kecewa, berkeluh kesah hingga marah kepada Allah karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

Tanpa disadari, kita seakan memaksa Tuhan mengabulkan keinginan, mendikte Allah agar mengabulkan doa. Padahal Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Allah tidak mengabulkan apa yang menjadi keinginan, tapi Allah berikan sesuai kebutuhan. 

Kategori :