Tiga Nilai Kebaikan dari Keluarga Ibrahim AS

Senin 17-06-2024,01:05 WIB
Reporter : Adam
Editor : Azmaliar Zaros

Hakikat kurban tidak hanya ekspresi keshalihan individual saja, namun hakikat kurban adalah wujud dari keshalihan sosial juga, yang mengandung unsur penguatan relasi kemanusiaan melalui momen berbagi antar sesama.

Ibadah kurbanpun mengandung pesan moral yang kuat untuk menumbukan kepedulian sesama, merekatkan ikatan persaudaraan dalam berbangsa dalam bentuk ta’awun: berbagi dan peduli.  Maka semua kebaikan yang kita lakukan hari ini, pada hakikatnya bekal kita di akhirat nanti.

 

 Allah berfirman: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan mendapatkan (balasan)-nya.  Baranng siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan mendapatkan (balasan)-nya". (QS. al-Zalzalah: 7-8)

 

Ketiga,   Istiqamah itu penting dan menjadi kekuatan.  Potret keluarga Nabi Ibrahim AS mengajarkan kepada kita semua dalam  mempertahankan dan memperkokoh jati diri sebagai seorang mukmin yang selalu berusaha untuk konsisten dan istiqamah pada jalan hidup yang benar, apapun tantangan, keadaan dan bagaimanapun situasi serta kondisinya. Begitulah memang yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya dengan hujjah. 

Dalam sejarah, ketika Nabi Ibrahim masih remaja,  kita dapati beliau menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di sekitarnya. Sebagaimaa difirmankan Allah yang atyinya: 

 

''Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. ''

Mereka berkata: ''Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”. 

 

Mereka berkata: ''Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini, namanya Ibrahim”. (QS Al-Anbiya’: 58-60).,

Oleh karena itu, jati diri luhur yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS tidak hanya saat ia masih muda belia. Bahkan lihatlah pada suatu peristiwa yang amat menakjubkan, saat Ibrahim diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih Ismail sang putra, anak yang sangat dirindukan sejak lama, sedangkan dia dalam usia yang sudah tua. Maka Ibrahim pun tetap melaksanakan perintah Allah SWT yang terasa lebih berat dari sekedar menghancurkan berhala-berhala di masa mudanya. 

 

Ini menunjukkan kepada kita bahwa Ibrahim memiliki idealisme dari muda sampai tua dan inilah yang amat dibutuhkan dalam kehidupan di negeri kita. Jangan sampai ada generasi yang pada masa mudanya menentang kezaliman, tapi ketika ia berkuasa pada usia yang lebih tua justru ia sendiri yang melakukan kezaliman.

Jangan sampai ada generasi yang semasa muda menentang korupsi, tapi saat ia berkuasa atau dipercaya menjadi pejabat atau wakil rakyat di usianya yang sudah semakin tua justru ia sendiri yang melakukan korupsi.  

Kategori :