LPPM Unib dan Kelompok Penyu Alun Utara Benteng Bersinergi dalam Konservasi Penyu

Selasa 20-08-2024,09:59 WIB
Reporter : Windi
Editor : Syariah muhammadin

Menurutnya, permasalahan habitat penyu di wilayah ini cukup serius, dengan banyaknya telur penyu yang diperjualbelikan secara ilegal.

Kehadiran kelompok pengelola konservasi penyu menjadi kunci dalam menjaga kelestarian penyu. 

Kelompok Penangkaran Konservasi Penyu Alun Utara yang berdiri sejak 2 Mei 2016 telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi penyu.

Termasuk penetasan telur penyu yang dilakukan secara rutin.

Pada tahun 2016, kelompok ini berhasil menetaskan 415 telur dari 531 telur yang ditangkarkan, dan pada tahun 2017, mereka menetaskan 377 telur dari 534 telur yang diperoleh.

Kegiatan sosialisasi ini juga diisi dengan edukasi mengenai pentingnya menjaga ekosistem penyu.

Anak-anak PAUD yang hadir diberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan tukik sebelum dilepaskan ke pantai.

Momen pelepasan tukik ini menjadi puncak acara yang sangat dinanti oleh peserta.

Karena, selain menjadi pengalaman berharga bagi anak-anak, kegiatan ini juga memberikan pemahaman akan pentingnya konservasi sejak usia dini.

“Ini adalah bagian dari tridarma perguruan tinggi. Yaitu pengabdian kepada masyarakat. LPPM Unib mendukung penuh kegiatan konservasi yang dilakukan oleh Kelompok Penyu Alun Utara. Kami berharap upaya ini dapat menjadi contoh pengelolaan konservasi terpadu dan berkelanjutan,” ujar Dr. Yar Johan.

Ia juga berharap bahwa Kelompok Penyu Alun Utara dapat menjadi desa binaan LPPM Unib di masa depan. “Terima kasih kepada LPPM Unib yang telah memberikan kepercayaan kepada tim kami,” tambahnya.

Prof. Agustin Zarkani, yang turut serta dalam kegiatan ini, menyoroti masalah terbesar dalam pengelolaan penyu, yaitu sampah, khususnya sampah organik.

Ia menyarankan penggunaan maggot sebagai serangga pengurai yang ramah lingkungan untuk mengatasi masalah ini. 

“Pengelolaan sampah yang baik akan membantu menjaga kelestarian habitat penyu,” jelasnya.

Sementara itu, Dr. Nesna Agutriana menekankan pentingnya kegiatan ini dalam mengembangkan kecerdasan naturalis anak usia dini.

“Kegiatan ini sangat baik untuk menstimulasi kecerdasan naturalis anak-anak. Mereka belajar menghargai alam dan satwa sejak dini, yang akan membentuk karakter peduli lingkungan di masa depan,” ujarnya.

Kategori :