Sebagaimana dalam ayat al-Quran al-Baqarah 152 yang artinya: ''Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.''
Ayat ini menggandengkan syukur dengan dzikir. Artinya orang yang syukur sudah pasti ingat kepada Allah SWT. Minimal dalam hidupnya selalu diwarnai kata “Alhamdulillah, masyaa Allah, dan lain-lain. Apalagi dia melanggengkan dzikir, doa-doa.
Dzikir juga bisa diartikan shalat. Karena makna asal shalat adalah adz-Dzikru. Artinya seluruh ibadah ritual, merupakan bentuk dzikir kepada Allah SWT. Maka, beribadah kepada Allah SWT berbanding lurus dengan syukur. In shaa Allah diberikan kecukupan, ketenangan hati, dan tidak serakah.
Maasyiral Muslimin Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah
Allah SWT juga memberikan alarm, sebab apa yang menjadikan kita terus merasa kurang dan tidak bersyukur.
Allah menciptakan malam untuk istirahat dan menciptakan siang untuk bekerja. Artinya rejeki itu datang bukan secara tiba-tiba. Bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh, termasuk bagian dari usaha menjadi manusia yang bersyukur.
Kalau kita semangat bekerja maka Allah SWT beri rahmatNya kepada kita, dipermudah mendapatkan rejeki. Sebaliknya jika malas-malasan, makin seret dan susah mendapat rahmatnya Allah SWT.
Harus diingat, laa haula wa la quwwata illa billah. Usaha kita, kerja kita, tenaga kita, kemampuan kita, kecerdasan kita, kepintaran kita, maaf, itu semua dari siapa kalau bukan dari Allah SWT.
Sebab keempat yang bisa menjadi pemicu terus merasa kurang dengan rejeki dari Allah SWT, yaitu sifat congkak, pamer, dan sombong. Sudah sempat kami singgung sebelumnya, bahwa rejeki itu Rahmat Allah SWT, bukan semata-mata karena usaha manusia. Maka tidak perlu terlalu disombong-sombongkan.
Kata Allah dalam surat adh-Dhuha ayat terakhir yang artinya: ''Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur).''