Pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai bukan hanya menjadi isu teknis, melainkan juga berdampak langsung pada aktivitas ekonomi di Bengkulu. Pelabuhan yang menjadi pusat ekspor komoditas unggulan seperti batubara, karet, dan kelapa sawit ini mengalami hambatan serius akibat kedalaman alur yang tidak memadai.
Kondisi ini membuat kapal-kapal besar kesulitan berlabuh. Akibatnya, volume ekspor terganggu, dan biaya logistik meningkat.
“Pendangkalan alur ini sudah terlalu lama menjadi masalah. Jika dibiarkan, dampaknya akan semakin meluas pada perekonomian Bengkulu,” ujar Juhaili.
Menurut data Pelindo II, pendangkalan alur mencapai tingkat yang cukup mengkhawatirkan. Dalam beberapa tahun terakhir, kedalaman alur berkurang secara signifikan, sehingga kapal dengan kapasitas besar tidak dapat beroperasi secara optimal
Komisi III DPRD Provinsi Bengkulu berkomitmen untuk terus mengawal proses ini hingga selesai. Mereka juga mengimbau masyarakat untuk bersabar menunggu hasil pengerukan.
“Sebagai wakil rakyat, kami akan terus memastikan proses ini berjalan lancar. Kami berharap pengerukan ini bisa menjadi solusi jangka panjang bagi Pelabuhan Pulau Baai,” pungkas Juhaili.
Sementara itu Asisten II Setda Provinsi Bengkulu, RA Denni, mengungkapkan bahwa masalah pendangkalan ini sudah dibahas dalam pertemuan sebelumnya. Ia menyebut bahwa Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu, Rosjonsyah, telah menegaskan perlunya percepatan pengerukan alur pelabuhan demi memperlancar arus barang di Pelabuhan Pulau Baai.
“Rapat ini merupakan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya. Hari ini, kami mendengarkan pandangan dari pihak-pihak terkait terkait persiapan pengerukan alur Pelabuhan Pulau Baai,” ujar RA Denni seusai rapat.