Inilah Cara Pasien Klinik Penyakit Jantung RSUD M Yunus Bengkulu Usir Rasa Sakit
Pasien sedang menunggu nomor panggilan saat berobat di RSUD M Yunus Bengkulu-M Zikri Syukrillah-radarbengkulu
radarbengkuluonline.id, Bengkulu — Di ruang tunggu Klinik Penyakit Jantung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M.Yunus Bengkulu, Kamis, 10 Juli 2025, deret kursi besi tampak penuh sejak pagi,
Puluhan pasien yang datang dari berbagai pelosok duduk menunggu giliran kontrol. Tapi di balik wajah-wajah lelah, terdengar gelak tawa dan celetukan yang menghangatkan suasana.
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Dorong Rumah Sakit Bergerak di Enggano Naik Status
“Kalau nggak begini, stress kita. Sakit tambah parah!” ujar Hardi N.S (50), seorang pasien jantung yang rutin kontrol tiap bulan. Tetapi, ia berdiri berdampingan dengan Katibin (70) yang sama-sama menderita penyakit jantung koroner.
Setiap kali bertemu di jadwal kontrol, mereka selalu saling sapa, bertukar cerita. Kadang membawa jajanan kecil untuk disantap bersama. Lucunya, topik obrolan mereka tak melulu soal obat atau keluhan. Ada saja cerita tentang cucu, kebun, bahkan gosip artis yang memancing tawa.
BACA JUGA:Ini Dia Strategi Baru TPID Provinsi Bengkulu Untuk Tekan Inflasi
“Ya namanya juga menghibur diri. Mau nangis, toh penyakit nggak sembuh. Mending ketawa bareng-bareng,” timpal Katibin sambil menepuk bahu Hardi.
Menurut Siti Rahmawati (43), perawat yang bertugas di poli, suasana cair di ruang tunggu ini justru menjadi semangat tersendiri bagi pasien. “Mereka saling menyemangati. Kadang kami pun tertular suasana hangatnya. Tawa mereka beneran bikin ruang tunggu nggak terasa menegangkan,” ujarnya.
BACA JUGA:Limbah CPO Diduga Cemari Air Sungai Pisang Ipuh
Tak hanya pasien, keluarga pendamping pun kerap larut dalam obrolan. “Daripada bosan pegang HP terus, mending ngobrol. Rasanya beban jadi ringan,” kata Jamilah (57), pendamping pasien kanker yang sudah lima bulan kontrol rutin.
Para peserta kontrol yang lain mengatakan, suasana positif semacam ini memang bermanfaat. “Saling mendukung, saling bercanda ringan, itu bisa membantu pasien lainnya (kami) mengurangi kecemasan. Tawa memicu hormon endorfin yang membantu daya tahan tubuh,” jelasnya.
BACA JUGA:Masih Ada Sekolah Tingkat SD dan SMP di Kota Bengkulu yang Kekurangan Siswa
Sore hari, satu per satu pasien dipanggil ke ruang periksa. Obrolan pun terputus, tapi senyum tak hilang dari wajah mereka. “Mau disuntik atau diperiksa lagi, tetap semangat. Nanti ketemu lagi bulan depan, ketawa bareng lagi,” kata Hardi N.S sambil terkekeh.
Di balik sakit, tawa menjadi ''obat'' yang tak pernah habis. Di ruang tunggu ini, mereka saling menguatkan — membuktikan bahwa secuil canda bisa jadi penawar di tengah deretan resep dan jarum suntik.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
