Suara Anak Masuk Meja Kebijakan, Pemkot Bengkulu Pertahankan Kota Layak Anak
Kepala DP3KB Kota Bengkulu Hj. Dewi Dharma M.Si-Windi Junius-Radar Bengkulu
BACA JUGA:Dedi Wahyudi: Pasar Baru Koto Rebranding Menjadi Pasar Brokot
Aktivasi forum anak hanyalah satu bagian dari strategi besar Pemkot Bengkulu dalam melindungi generasi muda. Di sekolah-sekolah, sudah berjalan organisasi seperti Palang Merah Remaja (PMR) dan Genre Anak. Tujuannya menekan angka kenakalan remaja, mulai dari tawuran, seks bebas, hingga penyalahgunaan narkoba.
Sementara Forum Anak diharapkan jadi corong resmi yang bisa membawa aspirasi anak-anak ke meja kebijakan. Baik soal pendidikan, kesehatan, hingga ruang bermain yang ramah anak.
BACA JUGA:Program 1.000 Jalan Mulus Tetap Berlanjut, Walaupun Dana Terbatas

Suasana Rapat Koordinasi (Rakor) dan Sinkronisasi Pelembagaan Pemenuhan Hak Anak Kewenangan Kota Tahun 2025 yang digelar di Hotel Adeeva-Windi Junius-Radar Bengkulu
Hak anak yang diperjuangkan dalam forum ini mencakup hal-hal mendasar: akta kelahiran, pendidikan, kesehatan, hingga kebebasan berpendapat. Bahkan, anak yang berhadapan dengan hukum tetap punya hak untuk bersuara.
“Anak di LPKA (Lembaga Pembinaan Khusus Anak) tetap harus dipenuhi hak-haknya. Yang tersita hanyalah kebebasan sementara. Hak sipil dan kebebasannya untuk menyuarakan pendapat tidak boleh hilang,” ujar Dewi menegaskan.
BACA JUGA:Kejar Target 8 Persen, Provinsi Bengkulu Bentuk Tim Percepatan Ekonomi
Walikota Bengkulu, Dr. Dedi Wahyudi SE MM, bersama Wakil Walikota Roni PL Tobing, memberikan dukungan penuh terhadap langkah ini. Menurut mereka, melibatkan anak dalam pembangunan bukan hanya sekadar program, tetapi investasi jangka panjang.
Dalam Rakor ini, suasana cukup berbeda. Tidak hanya pejabat yang berbicara, anak-anak yang hadir pun diberi kesempatan menyampaikan pendapat. Mereka berbicara lantang soal pentingnya ruang bermain aman, sekolah ramah anak, hingga layanan kesehatan mental.
BACA JUGA:Wanharudin: Koperasi Merah Putih Harus Diisi SDM Profesional dan Kreatif
“Anak-anak sering dianggap tidak mengerti. Padahal mereka justru punya pandangan jujur tentang masalah di sekitarnya. Tugas kita orang dewasa mendengarkan,” tambah Dewi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
