Lepek Binti, Kue Tradisional Sekaligus Sejarah Bagi Suku Serawai

Lepek Binti, Kue Tradisional Sekaligus Sejarah Bagi Suku Serawai

Inilah contoh Lepek Binti yang tetap dilestarikan warga Suku Serawai-Anang-

 

SELUMA, RADARBENGKULUONLINE.COM - Suku Serawai, Serasan Seijoan merupakan suku yang masih kental dengan adat dan budaya.

 

 

Dari suku ini terlahirlah kue Lepek Binti yang memiliki kekhasan tersendiri.

 

 

Kue Lepek Binti adalah kue tradisional yang selalu disajikan saat acara nerimo lemang maupun ngantat lemang (lamaran). 

BACA JUGA:Kisah Inspiratif Pejuang Garis Dua, Ayo Tetap Semangat dan Berdoa

 

 

Kue yang terbuat dari tepung beras ketan, didalamnya di isi dengan inti kelapa muda yang dicampur dengan gula merah. 

 

 

Kue yang sudah diwariskan secara turun temurun ini nyatanya bukan hanya sekadar sajian saat acara lamaran saja, melainkan menyimpan sejarah tersendiri yang cukup menarik untuk dipaparkan.

 

 

Ketua Adat Desa Niur, Tahjudin kepada RADARBENGKULUONLINE.COM, Jumat, 27 Januari 2023, mengatakan Lepek Binti ini merupakan salah satu cikal bakal terbentuknya penyanggah (seping) panggung adat.

BACA JUGA: Intan Jako Private, Kursus Musik Berkualitas di Bengkulu Segera Buka Kelas Biola

 

 

“Lepek Binti ini kan juga kalau cerita dari nenek moyang dulu cikal bakal untuk seping (penyanggah) panggung yang biasa digunakan untuk acara pesta pernikahan.''

 

 

Itu bisa untuk panggung pelaminan, panggung musik, maupun panggung guma tanak (tempat menyimpan kue dan sayur dalam acara pernikahan).

 

 

Menurutnya, berdasarkan cerita dari para leluhur dulu, sejarah penyanggah (seping) panggung adat ini dibawa oleh kancil. 

BACA JUGA:Lagu Rapper Asal Bengkulu Ini Sudah Sampai ke Media Jakarta, Ini Judul dan Akunnya

 

 

“Dituturkan bahwa pada suatu waktu, saat para warga tengah dilanda kebingungan, datanglah si kancil.''

 

 

Warga kemudian bertanya padanya, bagaimana cara membuat panggung.  Kancil hanya diam.

 

 

Ia lalu mengambil kue Lepek Binti dan melahap kue tersebut hingga hanya tersisa separuh saja.

BACA JUGA: Warga Minta Petugas Kepolisian Fungsikan Bundaran di Simpang Empat Lampu Merah, Ini Masalahnya!

 

 

Setelah itu, pergi tanpa berpamit, warga semakin bingung, hingga saat diperhatikan sisa makanan tersebut, ditemukanlah penyangga panggung yang disebut penyangga seping kancil.

 

 

''Hingga saat ini, masih digunakan dalam membuat panggung,” ungkapnya.

 

 

Nyatanya, Lepek Binti bukan hanya sebatas kue tradisional yang hanya dimakan sekali lewat saja.

BACA JUGA:Alat Berat TPA Air Sebakul Berulah, Sampah Kian Bermasalah

 

 

Kue ini menyimpan sejarah, adat dan budaya yang sangat kental.

 

 

Masyarakat suku Serawai sendiri hingga saat ini masih terus mempertahankan kemurnian kue Lepek Binti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: