CERPEN: SANG PIATU

CERPEN: SANG PIATU

Lathifah Khairun Nisa-Fahmi-RADARBENGKULU

 

“Yak, jangan cung busuk amau di ajung diau mising di sini,” larang Nenek.

“Uy, nidau nik. Kinaklah kelau tapau dimisingkahnyau.”

“Uy, jangan nian cung. Busuk kendang aku tu kelau,” namun Sang Piatu tidak mengindahkan larangan Nenek.

 

“Nah anjing misinglah di dalam kendang ninik ni, penuhi setini,” ujar Sang Piatu.

Tak lama kemudian anjing itu buang air besar di sana.Namun anehnya bukan kotoran yang ia keluarkan. Melainkan koin emas yang sangat banyak.

 

“Nah, nik. Pacak kitau belanjau batan makan malam ni,” ujar Sang Piatu bangga.

“Adak nian cung. Acak luk itu anjing kaba ni.”

“Itulah nik pengenjuk Burung Putih.”

Esok harinya pagi- pagi sekali Sang Piatu sudah siap dengan pakaian rapinya.

 

“Nik, aku ndak kedusun kudai. Ndak melanjui cincin aku di Rajau,” pamit Sang Piatu kepada Nenek.

“Gilah cung, tapi jangan amau ndak mbataki anjing,” ujar sang Nenek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu

Berita Terkait