Khutbah Idul Fitri: Komitmen Menjaga Ukhuwah dan Kepedulian Sosial Dalam Kehidupan

Khutbah Idul Fitri:   Komitmen Menjaga Ukhuwah dan Kepedulian Sosial Dalam Kehidupan

Prof. Dr. Zubaedi M. Ag M. Pd-Adam-radarbengkulu

 Dari hadits itu dapat diambil pelajaran bahwa untuk menjadi hamba Allah yang beriman membutuhkan tiga komitmen hidup: menghormati keluarga, menyambung tali silaturrahim dan selalu berbicara baik (atau lebih baik diam).  

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,  

 Dalam rangka menguatkan hidup saling bersaudara, Islam mengingatkan sebuah metode kehidupan sosial dengan menghormati lingkar masyarakat terdekat, yaitu tetangga. Jika bulan Syawal seperti ini, sudah tentu meminta maaf dan saling memberi maaf terpenting adalah kepada tetangga. Kemudian dilanjutkan dengan menyambung persaudaraan kepada semua lapisan masyarakat.  

 Dan indahnya, pesan Rasulullah saw ditambahkan dengan perlunya menjaga lisan agar selalu bertutur kata yang baik, agar tidak membuat orang lain sakit hati. Ini senada dengan sebuah pesan akhlak:

  سَلَامَةُ اْلإنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ 

 Artinya: Keselamatan seseorang itu ada pada lisannya.

 Maka doa Nabi Ibrahim meminta pada Allah agar terjaga dari tutur kata yang baik—agar membuat orang semakin hidup sempurna, sebagai berikut:

  وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ 

 Artinya: Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian (QS. Asy Syu’ara’: 84).

Begitu pentingnya lisan manusia sebagai modal penguatan persaudaraan. Dan hari ini lisan tidak hanya dimaknai mulut manusia saja, tetapi bisa luas menjadi informasi media sosial. Jangan sampai membuat/ menyebarkan berita hoaks karena itu juga bagian dari kejahatan lisan.  

Dan jangan sampai umat Islam menjadi agen pemutus tali persaudaraan yang secara tegas dilarang oleh Rasulullah ﷻ. Penegasan bahaya memutus silaturahim ini juga ditulis oleh Syaikh Zainuddin Al Malibari dalam kitab Irsyadul ‘Ibad.  

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, 

Kita baru saja melewati sebuah hajat besar yaitu Pemilu 2024. Kita baru saja memilih anggota parlemen dan pemimpin kita yakni presiden dan wakil presiden. Ada sebagian dari kita yang pilihannya menang, dan ada yang kalah.    

Masih hangat diingatan kita betapa seru dan menariknya perselisihan terkait hal ini yang seolah menjadi bumbu langganan tiap lima tahun sekali. Namun, itu sudah lewat, sudah menjadi masa lalu. Mari kita tatap masa depan.   Perbedaan pandangan politik kita hendaknya tidak kemudian menjadikan alasan bagi kita untuk berpecah belah. Kepentingan bangsa ini jauh lebih tinggi ketimbang kepentingan elektoral seseorang atau sebagian kelompok.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu