Duh Kasihan 90 Pelajar di Provinsi Bengkulu Belum Mendapatkan Sekolah, PPDB Sudah Tutup

 Duh Kasihan 90 Pelajar di Provinsi Bengkulu Belum Mendapatkan Sekolah, PPDB Sudah Tutup

Duh Kasihan 90 Pelajar di Provinsi Bengkulu Belum Mendapatkan Sekolah, PPDB Sudah Tutup-poto ilustrasi-

RADARBENGKULUONLINE.ID – Meskipun Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2024/2025 telah resmi ditutup, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Bengkulu melaporkan masih adanya pelajar yang belum mendapatkan sekolah.

Kepala Dinas Dikbud Provinsi Bengkulu, Saidirman, menyatakan bahwa sekitar 90 murid di provinsi bengkulu belum mendapatkan sekolah di PPDB tahun 2024.

"Kemarin laporannya dengan kami ada sekitar 90-an orang yang belum mendapatkan sekolah. Insya Allah nanti semuanya bisa tercover dan kita upayakan supaya ada pemerataan. Jangan sampai hanya tujuan yang sama di sekolah-sekolah yang dianggap favorit bagi mereka, sesungguhnya sekolah favorit itu sudah tidak ada lagi," ungkap Saidirman.

Hari ini, Dinas Dikbud Provinsi Bengkulu akan mengadakan rapat evaluasi PPDB dengan seluruh kepala sekolah SMA sederajat di Bengkulu.

Rapat ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan PPDB tahun ajaran 2024/2025 dan mencari solusi bagi pelajar yang belum mendapatkan sekolah.

"Kami juga memberikan kesempatan kepada orang tua untuk menyampaikan laporannya kepada kami terkait anak yang belum mendapatkan sekolahnya," tambah Saidirman.

Berdasarkan informasi dari panitia PPDB Dinas Dikbud Provinsi Bengkulu, hampir semua siswa tertampung pada satuan pendidikan yang ada di wilayah Bengkulu.

Namun, masih ada beberapa yang belum mendapatkan sekolah karena adanya miss komunikasi dalam proses PPDB.

Salah satu contoh miss komunikasi tersebut terjadi di SMA 6 Kota Bengkulu.

"Seorang pelajar mendaftar melalui sistem zonasi karena kebetulan rumahnya di depan gerbang SMA 6 Kota Bengkulu. Namun yang bersangkutan tidak dapat masuk zona, dan ternyata memang pilihan SMA 6 itu menjadi pilihan yang kedua," jelas Saidirman.

Pelajar tersebut memilih SMA 5 Kota sebagai pilihan pertama, namun belum diterima di SMA 5, sehingga tidak bisa diterima di SMA 6 karena prioritas diberikan kepada siswa yang memilih SMA 6 sebagai pilihan pertama.

"Jadi biasanya sekolah itu menerima siswa yang memilih pilihan pertama. Nah, kebetulan yang bersangkutan memilih pilihan pertama itu di SMA 5 Kota, jadi sementara belum bisa diterima di SMA 5 dan juga di SMA 6 belum bisa diterima juga karena menyesuaikan antara pilihan yang nomor satu dulu," lanjut Saidirman.

Persoalan ini akan dibahas dalam rapat evaluasi yang akan dilaksanakan.

"Rapat hari ini Insya Allah memutuskan kalau mungkin nanti masih ada peluang daya tampung dan masih memungkinkan, anak ini akan dimasukkan di SMA 6 itu," kata Saidirman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: