Tingkatan Orang Berpuasa Menurut Imam Ghazali

Tingkatan Orang Berpuasa Menurut Imam Ghazali

Sukran Jayadi, S.Sos.I, M.Pd.I-Adam-radarbengkulu

 

Dan yang terpenting adalah ketaqwaan sebagai bekal terbaik kita untuk kehidupan akhirat nantinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Hasyr ayat 18 yan artinya:

 “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”. 

 

Istilah puasa menurut Syeikh Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i dalam kitabnya “Fathul Qarib” adalah menahan dari segala hal yang membatalkan puasa dengan niat tertentu pada seluruh atau tiap-tiap hari yang dapat dibuat berpuasa oleh orang-orang Islam yang sehat, dan suci dari haid dan nifas. Sedangkan dalam bahasa Arab istilah puasa disebut “as-Shiyaam” atau “as-Shaum” yang berarti “menahan”. 

Hal ini sejalan dengan berfirman Allah dalam suarah al-Baqarah ayat 183: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa seperti juga yang telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah, 183).

 

Pelaksanaan puasa bukan hanya ibadah fisik, tetapi juga latihan spiritual untuk membersihkan hati dan menundukkan hawa nafsu. Imam Al-Ghazali dalam kitab “Ihya Ulumuddin dan Asrarus Shaum” menegaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan jalan menuju kesempurnaan rohani.

Beliau mengutip hadis Rasulullah Saw yang menegaskan keutamaan puasa: “Sesungguhnya puasa adalah perisai. Maka pada hati seseorang di antara kalian berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan janganlah ia bertengkar. Jika seseorang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia berkata: ‘aku sedang berpuasa’.” (HR Bukhari dan Muslim).

 

Ma’asyiral muslimin jamaah masjid besar  Al-Amin yang berbahagia

Tingkatan orang yang berpuasa, menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab “Ihya Ulumuddin” adalah shaumul umum, shaumul ‎khusus, dan shaumul khususil khusus. Ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang memotivasi orang yang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang istimewa yaitu khususil khusus.

 

Pertama, Puasa orang awam (shaumul umum).

Puasa pada level pertama ini sebagai shaumul umum atau puasanya orang awam, maksudnya adalah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang atau sudah menjadi kebiasaan umum. Praktik puasa yang dilakukan pada level ini sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: