KHUTBAH IDUL FITRI: Membangun Persatuan Dengan Hidup Berjamaah

Prof. Dr. H. Hery Noer Aly, MA-Adam-radarbengkulu
Semua itu memberi pelajaran tentang betapa indahnya hidup berjamaah. Persis seperti gambaran Rasulullah Saw tentang masyarakat mukmin yang menjalankan amar makruf nahi munkar. Beliau bersabda yang artinya:
''Perumpamaan orang yang tegak menjaga batas-batas ketentuan Allah dan orang yang melanggar batas-batas itu, bagaikan suatu kaum yang mengadakan undian di dalam kapal untuk menentukan posisi mana yang akan ditempati. Sebagian mendapat posisi di atas, dan sebagian lain mendapat posisi di bawah. Mereka yang berada di bawah, apabila membutuhkan air, maka (untuk mengambilnya) mereka akan melewati orang-orang yang berada di atas. (Jika yang di atas merasa terganggu oleh yang di bawah), maka akan muncul pikiran dari yang di bawah, “Seandainya kita lubangi saja kapal ini untuk memenuhi kebutuhan air, tentu kita tidak akan mengganggu yang di atas.” Jika yang di atas membiarkan yang di bawah melaksanakan pikirannya, tentu mereka semua akan binasa; tapi jika yang di atas mencegah niat yang di bawah, tentu mereka semua akan selamat.'' (HR al-Bukhari)
Tegasnya, meskipun posisi mereka berbeda-beda, tapi yang di atas maupun yang di bawah sama-sama memperhatikan hak masing-masing. Yang di atas memperhatikan kebutuhan yang di bawah; dan yang di bawah menghargai fasilitas yang diberikan oleh yang di atas.
Dapat dibayangkan bagaimana jika dua belah pihak bersikap masa bodo dan membiarkan masing-masing menuruti kemauannya, tentu semuanya akan merugi dan menyesal.
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah
Indahnya hidup berjamaah akan tercipta dengan memfungsikan masjid secara optimal sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Masjid kita dorong untuk menjadi pusat pembinaan hidup berjamaah.
Shaff menjadi pengingat tentang kesetaraan di antara para jamaah. Musyawarah menjadi media saling bertukar pikiran dan pencarian titik temu dalam pelaksanaan berbagai kebaikan. Taklim, pengajian, dan pengkajian kita lembagakan untuk menjadi sarana pencerdasan intelektual dan spiritual umat.
Khutbah Jumat menjadi momentum menambah ilmu pengetahuan se-Jumat sekali dan saling mengingatkan agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala; bukan untuk saling merendahkan dan menjatuhkan, bukan pula untuk memecah belah dan bermusuhan.
Masjid benar-benar direalisasikan sebagai pusat pembinaan yang dibangun atas dasar taqwa (lamasjidun ussisa ‘alat-taqwa); bukan pusat penyebaran isu, intrik, fitnah, dan adu domba yang dibangun atas dasar pengrusakan (masjidan dhiraran). (Lihat: Q.s. at-Taubah, 107-108)
107. (Di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), (menyebabkan) kekufuran, memecah belah di antara orang-orang mukmin, dan menunggu kedatangan orang-orang yang sebelumnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya. Mereka dengan pasti bersumpah, “Kami hanya menghendaki kebaikan.” Allah bersaksi bahwa sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta (dalam sumpahnya).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: