KHUTBAH IDUL FITRI: Membangun Persatuan Dengan Hidup Berjamaah

108.  Janganlah engkau melaksanakan salat di dalamnya (masjid itu) selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri.

 

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah

Kesadaran hidup berjamaah yang telah dibangun di dalam masjid hendaknya kita amalkan dalam kehidupan di luar masjid. Sehingga tidak akan terjadi: di dalam masjid kita berjamaah, tapi di luar masjid kita nafsi-nafsi; di dalam masjid kita berjamaah dalam kebaikan dan ketaqwaan, tapi di luar masjid kita berjamaah dalam kedurhakaan dan permusuhan.

Hidup berjamaah hendaknya kita wujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap kaum du’afa yang terdiri atas anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

 

Kepedulian itu mencakup perhatian terhadap kesejahteraan dan masa depan mereka, terutama persoalan pangan, kesehatan, dan pendidikan. Kepedulian itu harus didasarkan atas kesadaran untuk memuliakan, bukan menghinakan; dan untuk mengangkat derajat, bukan untuk merendahkan.

Sebab, zakat, infaq, sedekah yang diberikan kepada mereka pada dasarnya adalah penyerahan hak mereka. Atas dasar itu, tidak akan ada rasa superior (tinggi hati) dari si pemberi, dan tidak akan ada rasa inferior (rendah diri) pada yang diberi. 

 

Sebagaimana firman Allah SWT:

وَفِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِ  (الذاريات 19)

Pada harta benda mereka ada hak bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta.

Hidup berjamaah hendaknya juga kita wujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap kepentingan umum. Strateginya adalah dengan mendorong pengembangan zakat produktif dan wakaf produktif.

 

Wakaf yang selama ini peruntukannya masih terpusat pada 3 M (masjid, madrasah, dan makam), maka ke depan bisa kita kembangkan untuk fasilitas kesehatan dan kepentingan umum lainnya.

Sumber: