7. Kelurahan Dusun Besar RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Kota Bengkulu adalah salah satu kolonial Inggris yang telah membuat Benteng Fort Marlborough. Kota ini memiliki Muara Dua dan Bumi Ayu. Tak hanya itu, daerah ini juga memiliki Panorama indah. Terutama bila kita melihat di Tanjung Ajung, Tanjung Jaya. Di daerah ini kita dapat melihat Semarang, Surabaya, Kampung Bali, Malabro, Sidomulyo, Padang Serai, Padang Jati, Betungan dengan leluasa. Yang cukup menarik dilihat disini adalah Dusun Besar dengan Sawah Lebar dan Sawah Lebar Baru yang sedang di Bajak petani. Sekarang daerah ini dipelihara dengan baik dan di Kandang dengan Kandang Limun, serta diberi Pagar Dewa. Kalau tidak demikian, Rawa Makmur, Rawa Makmur Permai, Pematang Gubernur bisa rusak Jitra yang bersejarah itu. Karena, di sana ada Jalan Gedang, Pondok Besi, Pintu Batu, Tanah Patah yang memiliki Sumur Meleleh terus menerus. Di Pondok Besi ini ada Padang Harapan yang di Tengah Padang-nya selalu Sukarami. Di sana penuh dengan Kebun Roos, Kebun Keling, Kebun Geran, Kebun Dahri, Kebun Kenanga yang ramai dikunjungi wanita. Kebetulan, daerah ini berdekatan dengan Pasar Bengkulu, Pasar Baru, Pasar Melintang, Pintu Batu, Pekan Sabtu yang Sukamerindu-kan Pengantungan, Penurunan yang sekarang masih ada Berkas-nya. Rangkaian kalimat yang mengiringi kata bergaris tebal atau hitam itu merupakan pengantar dari sebagian nama dari 67 kelurahan di Kota Bengkulu yang unik. Kenapa nama kelurahan itu unik, wartawan RADARBENGKULU.DISWAY.ID, Azmaliar Zaros menurunkan laporannya secara bersambung setiap hari. Selamat membaca laporan SPEKTAKULER yang hanya satu-satunya ada di Indonesia dan mungkin juga di dunia. Redaksi juga menerima masukan, kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Pembaca juga bisa berpartisipasi menyumbang tulisan soal nama-nama unik tentang nama daerah, objek wisata dan lain-lain. Kritik, saran, tulisan dikirim ke email : radarbengkuluonline@gmail.com. Atau telepon/WA ke HP 0812 7930 6998. (*) Perkampungan Besar Zaman Dahulu Itu pun Akhirnya Jadi Nama Kelurahan Dusun Besar Kelurahan Dusun Besar yang masuk dalam Wilayah Kecamatan Gading Cempaka ini juga termasuk salah satu nama kelurahan cukup unik di Kota Bengkulu. Kenapa daerah ini dinamakan Dusun Besar? Bagaimana ceritanya, seperti biasa, baca terus tulisan Wartawan RADARBENGKULU.DISWAY.ID berikut ini. AZMALIAR ZAROS - Kota Bengkulu Asal usul nama kelurahan ini , kata Ketua Adat Dusun Besar, Abdullah Thaib Thahir mengalir begitu saja. Dia juga tidak tahu secara pasti kapan nama Dusun Besar itu disebut Dusun Besar. Masalahnya, prasasti ataupun buku-buku tentang sejarah Dusun Besar itu tidak ada. Yang jelas, sejak dia lahir di Bengkulu, 3 Mei 1963 daerah ini sudah bernama Dusun Besar. BACA JUGA:Gempa 5.8 Magnitudo Gemparkan Warga Bengkulu Menurut cerita yang dia dapatkan dari orangtua tua zaman dahulu, nama Dusun Besar ini ada kaitannya dengan nama pohon sam yang akarnya menjalar di hutan yang bisa digunakan untuk mengikat barang-barang. BACA JUGA:Ini Dia Data dan Fakta Unik Nama-Nama Kelurahan di Kota Bengkulu (6) Akar sam ini besar-besar jika dibandingkan dengan di daerah lain. Tepatnya, sam itu tumbuh di lokasi menurun ke arah tepi Danau Dendam Tak Sudah sebelah kiri kalau kita berjalan dari Simpang 4 Panorama. BACA JUGA:Ini Harga Terbaru TBS Sawit di Bengkulu, Rp 1.447 Di daerah ini ada bukit yang luasnya sekitar 3 hektare menghadap Danau Dendam Tak Sudah dan lokasi persawahan Dusun Besar. BACA JUGA:Bechi Tidur Di daerah ini samnya banyak merambat akar sam. Kemudian daerah ini dijadikan warga untuk tempat tinggal. Jumlah mereka itu awalnya ada ada 5 kepala keluarga (KK). Waktu itu daerah ini masih masuk dalam wilayah proatin 12 Kecamatan Talang Empat Bengkulu Utara.
Inilah Kantor Lurah Dusun Besar yang langsung menghadap Danau Dendam Tak Sudah-Azmaliar Zaros- Lama kelamaan warga di daerah ini makin berkembang. Jumlah penduduknya pun bertambah. Karena penduduknya bertambah, untuk mempermudah mencari lahan bertani, mereka pindah ke daerah-daerah terdekat. Ada yang pergi ke daerah Jembatan Kecil sekarang ini. Ke Surabaya. Kemudian ada juga ke daerah lain. Mata pencaharian mereka itu umumnya adalah bertani. Seperti tanam karet, sayuran, bercocok tanam padi. Karena saat itu di daerah ini tidak ada namanya, maka warga menyebutnya dengan nama Dusun Besar. Daerah ini dinamakan dusun besar karena daerah ini termasuk besar penduduknya zaman dahulu. Jumlahnya itu di atas dua puluh KK. Karena, daerah ini termasuk penduduknya banyak bila dibandingkan dengan lokasi penduduknya yang pindah ke daerah lain tadi di bawah 10 KK, akhirnya warga menyebut namanya Dusun Besar. Nama ini terus abadi sampai kini. Bahkan kini, keturunan warga tempo dahulu masih banyak anggotanya. Ada yang bertahan di Dusun Besar, ada pula yang pindah ke tempat lain. ‘’Orang dahulu itu menamakan tempat tinggal itu adalah dusun. Karena daerah ini merupakan tempat tinggal pertama dan penduduknya banyak, maka orang menyebutnya Dusun Besar. Nama Dusun Besar ini akhirnya menyebar dari mulut ke mulut. Jadi, Dusun Besar itu artinya perkampungan penduduk yang besar,’’jelasnya. Ia sendiri tidak tahu secara pasti kapan nama desa ini disebut Dusun Besar itu. Yang jelas, nama ini mengalir begitu saja dari mulut ke mulut. Mereka itu bila ditanya warga tinggal dimana, dia langsung menyebutnya dengan nama Dusun Besar itu. Kelurahan Dusun Besar ini luas wilayahnya ada 277 hektare. Daerah yang letaknya sebelah utara berbatasan dengan Semarang dan Surabaya. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Lingkar Timur. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Panorama dan Semarang serta sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Padang Nangka. Penduduknya ini itu terdiri dari 21 Rukun Tetangga dan 6 Rukun Warga. Di daerah ini terdapart cagar alam Danau Dusun Besar yang luasnya ada sekitar 20 hektare. Di seputaran danau ini dibangun irigasi pada zaman Belanda yang bisa mengaliri ratusan hektare sawah warga. Sehingga warga bisa panen dua kali dalam setahun. Penduduk warga di daerah ini adalah suku Lembak dan para pendatang. Mereka itu memiliki mata pencaharian sebagai petani, pedagang, pegawai, buruh. Warga didaerah ini selalu merawat Danau Dendam Tak Sudah sebagai kawasan wisata. Mereka tak ingin kawasan ini dirusak oleh siapapun. Bahkan, warga juga tak ingin kawasan ini dilalui oleh truk batu bara. Sebab, mereka takut bisa merusak jalan dan akhirnya merusak kelestarian Danau Dendam Tak Sudah tersebut. (*)