SENJA YANG HILANG

Sabtu 30-09-2023,06:55 WIB
Reporter : Fahmi
Editor : Yar Azza

“Cuman mau samperin aja,” balas Dinanti singkat. Lalu, memutuskan untuk kembali ke jurusannya. “Aku

pergi dulu ya, nanti kita ketemu lagi,”ujar Dinanti dengan lesu dengan semua sikap Zaki.

Tetapi saat Dinanti ingin kembali, Zaki langsung menahan tangannya dengan kuat,

“Kenapa pergi?”serunya kepada Dinanti.

Gadis itu benar- benar sudah habis kesabarannya kepada sang pacar.

”Aku tau kamu nggak seromantis dan seperhatian kayak cowok-cowok di luar sana,

tapi plis jangan buat aku kecewa sama kamu. Aku udah mati -matian nahan ini semua. Udah 3 tahun kita pacaran dan kamu benar- benar berubah. Bahkan seorang Zaki yang aku kenal di tepi pantai dulu udah nggak ada. Apa mungking udah hilang? Aku sabar banget sama sikap kamu belakangan ini, tapi aku udah capek? Sekarang aku nggak tau kenapa sikap kamu berubah. Tapi, apapun itu, aku harap kamu bisa introspeksi diri, dan sekarang sebaiknya kita putus. Aku pamit. Assalamuaalaikum, ”geram Dinanti kepada Zaki.

“ Dinanti!”seru Zaki dengan lesu.

“Aku tau kita tidak cocok. Dan aku tau kamu kemarin setelah kita bertemu, pergi ke café untuk bersenang -senang bersama Kanaya. Bahkan aku juga tau kamu nggak cinta sama aku. Jadi, kenapa kamu menahanku lagi untuk pergi. Bersenang- senanglah dengan Kanya. Dan ingat, jangan pernah cari aku lagi,”balas Dinanti kepada Zaki lalu pergi begitu saja dari hadapan Zaki yang terdiam mematung.

Zaki hanya bisa terdiam dengan semua ucapan Dinanti kepadanya. Bagaimana tidak. Ini semua salahnya. Karena satu hal, dia mengecewakan cewek sebaik dan secantik Dinanti. Jika bisa mengulang lagi, Zaki tidak ingin membuat Dinanti kecewa seperti sekarang.

Tetapi ini sudah terjadi. Jadi, dia hanya bisa menerima saja. Keputusan dari Dinanti kepadanya dengan lapang dada.

“Maafin aku Dinanti!” ucap Zaki di dalam hati lalu mengacak- ngacak rambutnya.

Selesai berkuliah, Dinanti langsung pergi ke tempat les melukisnya. Hari ini dia akan bergabung dengan seniornya di dalam les melukis itu. Tidak ada rasa takut sekali pun untuk seorang Dinanti melukis bersama senior karena kita semua sama.

“Siang semuannya!”seru Dinanti menyapa semua seniornya. Namun mata Dinati membulat ketika melihat Adam berada di kelas senior melukis ini.

“Pagi,”balas mereka semua, lalu duduk kembali ditempat masing-masing.

Selama mengikuti kelas melukis, mata Dinanti tidak luput memandang Adam walaupun hanya dari kejauhan saja. “Siapa kamu sebenarnya Adam?”ucap Dinanti di dalam hati.

Kategori :