Banner disway

KHUTBAH IDUL ADHA: Meneladani Perjuangan Nabiyullah Ibrahim Alaihissalam

 KHUTBAH IDUL ADHA: Meneladani Perjuangan Nabiyullah Ibrahim Alaihissalam

Wawan Kurniawan-Adam-radarbengkulu

radarbengkuluonline.id -- Para pembaca  rahimakumullah, tidak terasa hari ini kita sudah memasuki hari raya Idul Adha  lagi. Untuk itu, redaksi sudah menyiapkan khutbah Idul Adha untuk pembaca semua. Judulnya, Meneladani Perjuangan Nabiyullah Ibrahim Alaihissalam.

Materi ini ditulis oleh  Wawan Kurniawan. Rencananya, materi ini akan disampaikan saat menjadi khatib shalat Idul Adha di  Masjid Nurul Yaqin, Jalan Setia Negara Kelurahan Kandang Mas, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu.

Apa saja isi materi khutbahnya, silahkan dibaca langsung tulisannnya dibawah ini. Selamat membaca! Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.
 
Khutbah Pertama


Jamaah shalat Idhul Adha yang berbahagia!
Pada hari yang mulia dan bahagia ini, marilah kita wujudkan rasa syukur kehadirat Allah swt dengan mengucap Alhamdulillahirabbil'alamiin. Pada  kesempatan yang berbahagia ini, dari sekian miliar manusia di muka bumi ini, kita dapat hadir dalam rangka menunaikan shalat Idul Adha 1446 Hijriah. 


Shalawat beriring salam, kita haturkan kepada manusia mulia, manusia pilihan akhir zaman, baginda Nabi Besar Muhammad Saw. Semoga untaian shalawat yang kita baca didalam shalat (tahiyyat awal, tahiyyat akhir) dan diluar ibadah shalat, semakin menambah kerinduan dan kecintaan kepada Rasulullah Saw, dan  semoga kita semua mendapatkan syafa'atnya di yaumul qiyaamah. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin.


Kaum muslimin rahimakumullah!
Setiap tahun, tepatnya tanggal 10 Dzulhijjah, secara rutin kaum muslimin di penjuru dunia menunaikan ibadah shalat Idhul Adha, dilanjutkan penyembelihan hewan kurban. Satu poin penting yang harus diperhatikan, bahwa rangkaian ibadah ini bukan sekedar rutinitas tiap tahun atau sekadar menggugurkan kewajiban saja.

Tetapi kaum muslimin harus mampu memetik dan meneladani hikmah didalamnya. Harapannya kita semua akan tergugah, termotivasi dan bangkit kembali untuk meneladani semangat pengorbanan dan perjuangan Nabiyullah Ibrahim  ‘alaihissalam.


Kisah meneladani perjuangan nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam diperintahkan dalam surat al Mumtahanah ayat 4.
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya.
Sejarah mencatat, nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam adalah sosok Nabi yang sukses menjalani rangkaian ujian kehidupan Allah Swt. Untuk itulah Allah ta’ala memberikan apresiasi dengan memberikan beberapa gelar kehormatan seperti abul anbiya' (bapak para nabi), ulul 'azmi (orang yang sabar dan teguh pendirian), dan khalilurrahman (kekasih Allah yang Maha Pengasih). 


Beliau dijuluki abul anbiya' karena memiliki dua anak yang kemudian menjadi Nabi, yaitu nabi Ismail dan Nabi Ishaq 'alaihissalam. Dari jalur nabi Ismail terlahir nabi kita Muhammad Saw. Dari jalur nabi Ishaq terlahir nabi Ya'qub - dan dari nabi Ya'qub inilah terlahir semua nabi yang berasal dari Bani Israil. 


Nabi Ibrahim 'alaihissalam juga mendapat gelar rasul 'ulul azmi di samping Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad Saw. Gelar ‘ulul azmi diberikan spesial karena mereka diuji dengan ujian yang sangat berat, namun mereka tetap kuat, sabar, tabah dan istiqamah menjalankan perintah Allah Swt. 


Setelah menyimak perjalanan kehidupan dan kesuksesan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam. Ppertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara kita  meneladani perjuangan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam ?


Pada kesempatan yang mulia ini, khatib akan menyampaikan dua cara meneladani perjuangan kesuksesan Nabi Ibrahim ‘alahissalam yang dapat dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari.


Pertama, pentingnya menerapkan konsep sabar dan tawakkal.
Jika kita lihat rekaman sejarah, ternyata betul nabi Ibrahim ‘alaihissalam menerapkan konsep sabar dan tawakkal dalam menjalani perintah Allah Swt.

Meskipun terkadang perintah itu diluar nalar akal manusia. Kita lihat dalam al-Qur’an, Ibrahim ‘alaihissalam harus bersabar ketika berdakwah kepada ayahandanya sendiri yang memilih agama lain selain Islam. Kita lihat juga, Ibrahim juga harus berjihad dengan taruhan jiwa, raga dan nyawa untuk memenggal berhala-berhala kerajaan sehingga raganya dibakar hidup-hidup. Nabi Ibrahim juga harus bersabar dengan penantian kehadiran seorang anak, hingga pada usia 86 tahun baru dikaruniai anak. 


Ketika anak yang dinanti hadir, lagi-lagi Nabi Ibrahim kembali diuji kesabaran dan ketaatannya oleh Allah Swt. Ibrahim bersama istri dan anaknya Ismail yang masih bayi dan masih dalam pelukan ibundanya Hajar, 
atas perintah Allah Swt. Mereka harus melangkahkan kakinya menempuh perjalanan sangat panjang dari negeri Syam (yang sekarang bernama Suria, Palestina, Lebanon dan Yordania) menuju sebuah lembah jazirah tandus, tidak ada air dan tanaman sekalipun.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Dapatkah kita membayangkan bahwa tiga manusia mulia itu mampu menempuh perjalanan panjang sejauh kurang lebih 1.500 Km dengan jalan kaki di bawah terik panas matahari demi untuk sebuah tujuan yang tidak pernah mereka ketahui, kecuali mereka yakin bahwa itu adalah perintah Allah Swt ?


Kemudian kita mengenang kembali ketika detikdetik mengharukan dan menyesakkan dada, ketika Ibrahim harus meninggalkan istrinya, hanya berdua saja dengan puteranya Ismail yang masih bayi di padang pasir yang tandus, sepi tanpa penduduk pada saat itu.


Suami manakah yang tega meninggalkan istrinya ditempat yang gersang, tidak ada air dan tidak berpenduduk sama sekali? Ayah mana pula yang sampai  hati pergi meninggalkan anaknya yang bahkan kehadirannya telah ditunggu lebih dari 80 tahun ?

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: