Banner disway

Empat Sikap Seorang Muslim Ketika Pergantian Tahun Baru Hijriah

Empat Sikap Seorang Muslim Ketika Pergantian Tahun Baru Hijriah

Sukran Jayadi, S.Sos.I, M.Pd.I-Adam-Radar Bengkulu

radarbengkuluonline.id -- Para pembaca yang dimuliakan Allah Swt, tidak terasa hari ini kita sudah memasuki hari Jumat lagi. Untuk itu, redaksi sudah menyiapkan khutbah Jumat untuk pembaca semua. Judulnya, Empat Sikap Seorang Muslim Ketika Pergantian Tahun Baru Hijriah

 

Materi ini ditulis oleh Sukran Jayadi, S.Sos.I, M.Pd.I.Ia adalah  Penyuluh Ahli Madya dan Ketua PD IPARI Kota Bengkulu. Rencananya, materi ini akan disampaikan saat menjadi khatib shalat Jumat di Masjid Jami' Babussalam, Jalan P Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka,  Kota Bengkulu.

Apa saja isi materi khutbahnya, silahkan dibaca langsung tulisannnya dibawah ini. Selamat membaca! Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ,ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ . أَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ الله تَعَالىَ فِى كِتَابِهِ الْكَرِيمِ. اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ... إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. 
           
Jamaah Jumat Masjid Besar Jami’ Babussalam yang berbahagia
 
Hari ini kita berada di Jumat pertama tahun 1447 Hijriyah tepatnya adalah 1 Muharram 1447 H atau bertepatan tanggal 27 Juni 2025 M. Begitu cepat waktu berlalu, Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan kini tahun pun telah berganti. Setiap pergantian satuan waktu adalah momentum bagi kita untuk bermuhasabah atau mengevaluasi diri. Muhasabah adalah keharusan bagi seorang muslim. Allah SWT telah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (QS. Al Hasyr {59}: 18)


Dengan datangnya tahun baru 1447 H, sikap kita sebagai seorang muslim paling tidak melakukan 4 (empat) hal berikut, sebagai upaya untuk menjaga keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat dengan bekal yang terbaik. Adapun keempat sikap tersebut adalah :
 
1). Mu’ahadah (Memiliki kesungguhan dalam ibadah)
 Jamaah Shalat Jumat Masjid Besar Jami’ Babussalam rahimakumullah
Suatu hari datang serombongan laki-laki menghadap Rasulullah Saw di Madinah. Mereka tidak memakai alas kaki. Sebagian diantara mereka tidak memakai baju. Sebagian lagi bajunya compang-camping. Mereka berasal dari Bani Mudhar.


Melihat mereka, Rasulullah terenyuh. Maka beliau membacakan Surat Al Hasyr ayat 18 tersebut, lalu memerintahkan para sahabat untuk bersedekah. Saat itu, ada seorang sahabat yang bergegas bersedekah. Padahal dia bukan orang kaya. Ia datang dengan membawa kurma dalam genggaman tangannya, sampai tidak muat.


Melihat sahabat ini, sahabat-sahabat lain kemudian bergerak, pulang ke rumah dan kembali menghadap Rasulullah dengan membawa sedekah. Rasulullah senang melihat Bani Mudhar terbantu. Lantas beliau bersabda: Barangsiapa mempelopori kebiasaan yang baik dalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.  (HR. Muslim)


 Dalam surat Al Hasyr ayat 18 tersebut Allah memerintahkan kita untuk melakukan muhasabah. Namun Allah mengawalinya dengan perintah taqwa. Taqwa inilah manifestasi dari mu’ahadah kita kepada Allah SWT. Karena sebelum lahir ke dunia, kita telah diambil janji setia kepada Allah. Kita semua lupa perjanjian di alam ruh itu, tapi Al Quran mengingatkan kita.

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS. Al A’raf {7}: 172)
 
2). Muhasabah (Perbanyak Mengevaluasi diri)
Jamaah Jumat Masjid Besar Jami’ Babussalam yang berbahagia.
Ketika menjelaskan Surat Al Hasyr ayat 18, Ibnu Katsir mengingatkan sebagaimana Khalifah Umar bin Khattab mengingatkan:

 حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا
 
''Hisablah diri kalian sendiri sebelum dihisab Allah. Lakukan muhasabah di dunia ini sebelum dihisab Allah di akhirat nanti.''
Kita telah berjanji setia kepada Allah untuk beribadah dan bertaqwa kepada-Nya. Kita kemudian diingatkan untuk mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dalam rangka memenuhi mu’ahadah itu, sebagai bekal untuk masa depan.

 وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ 

''Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);'' (QS. Al Hasyr: 18)
 
 Ghadd (غد) yang dimaksud dalam ayat ini menurut para mufassir artinya adalah akhirat. Hari esok kita di akhirat kelak. Masa depan kita di akhirat nanti. Maka hendaklah kita melakukan muhasabah, mengevaluasi, apa yang telah kita lakukan untuk akhirat kita. Agar tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, dan agar tahun depan lebih baik dari tahun ini. Untuk masa depan kita di akhirat nanti.


Cobalah kita luangkan waktu untuk bermuhasabah. Jika tahun ini shalat kita ada yang bolong, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah, mu’ahadah, agar tahun depan shalat lima waktu kita lengkap. 


Jika tahun ini shalat lima waktu kita telah lengkap tapi belum berjamaah, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah, mu’ahadah, agar tahun depan shalat lima waktu kita berjamaah. Jika tahun ini kita sudah shalat berjamaah tapi sering jadi makmum masbuk, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah, mu’ahadah, agar tahun depan kita tidak sering lagi menjadi makmum masbuk.


Begitupula dengan puasa kita. Jika tahun ini puasa Ramadhan kita ada yang bolong, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah, mu’ahadah, agar tahun depan puasa Ramadhan kita lengkap. Tilawah Al-Qur’an kita, jika tahun ini kita belum bisa tilawah setiap hari, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah, mu’ahadah, agar tahun depan kita lebih dekat dengan Al Quran dan bisa membacanya setiap hari. 


Termasuk pula sedekah kita. Jika tahun ini kita jarang sedekah, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah, mu’ahadah, agar tahun depan kita lebih banyak bersedekah dan lebih banyak membantu sesama. Sebab muhasabah itu harus berujung pada perbaikan diri. Peningkatan amal shalih. Semakin dekat dengan dengan realisasi mu’ahadah kita sebagai seorang muslim.
 
3). Muqarrabah (Menjaga kedekatan dengan Allah)
Jamaah Jumat Masjid Besar Jami’ Babussalam yang dirahmati Allah
Setelah menyerukan muhasabah, Allah mengikutinya dengan kembali menyerukan taqwa. Wattaqullah. Dan inilah satu-satunya ayat dalam Al Quran yang di dalamnya ada dua perintah taqwa. Ini mengisyaratkan bahwa muhasabah itu sangat penting. Dan muhasabah itu harus membuat kita semakin dekat dengan Allah, muqarrabatullah. Karenanya sering kali muhasabah melahirkan target-target baru yang bertujuan supaya kita lebih dekat kepada mu’ahadah terbesar kita, sehingga kita semakin dekat kepada Allah dan semakin bertaqwa. (Wattaqullah).

4). Muraqabah (Merasakan adanya pengawasan Allah)


  Ayat ini kemudian ditutup dengan firman-Nya:
 
 إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

''Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. '' (QS. Al Hasyr: 18)
 Khabir (خبير) biasa diterjemahkan menjadi Maha Mengetahui. Namun kekhususan sifat Khabir ini, Allah Maha Mengetahui sekaligus akan mengabarkan di akhirat nanti. Allah Maha Mengetahui segala yang dikerjakan oleh hamba-Nya dan Allah akan mengabarkan itu di yaumi hisab, yaumil mizan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: