Menyingkap Tambo Suku Rejang di Provinsi Bengkulu (18) - Putri Serindang Bulan Pulang ke Kampung

Menyingkap Tambo Suku Rejang di Provinsi Bengkulu  (18) - Putri Serindang Bulan Pulang ke Kampung

Objek Wisata Palak Siring, Kemumu, Bengkulu Utara ini merupakan bagian dari wilayah Suku Rejang-Azmaliar Zaros-radarbengkulu.disway.id

Putri Serindang Bulan Pulang ke Kampung

SUKU Rejang sebagai salah satu suku yang mendiami Provinsi Bengkulu. Sejak dulu sudah mempunyai budaya yang tinggi. Mereka sudah punya huruf tersendiri yang kini masih dirawat dan dilestarikan Pemerintah daerah setempat. Untuk mengetahui kelanjutan Tambo Rejang ini, silakan baca tulisan ke-18 dari 25 tulisan yang akan diturunkan secara bersambung.

AZMALIAR ZAROS – Kota Bengkulu

 

 

 

 

 

RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Ketika Putri Serindang Bulan (adik dari Tuan Ki Karang Nio) masih di Indrapura, yang menjadi raja Marga Tubai di Lebong ini saudaranya Tuan Ki Karang Nio dan berkedudukan di Kutai Pelau Sateun.

Beliau ini beranak 4 orang. Yaitu Ki Pati (Tuan Setio Moeara Depati), Ki Pandan (Tuan Rajo), Putri Djinar Anoem) dan Putri Batang Hari).

 

 

 

 

 

Pada suatu ketika Tuan Putri Serindang Bulan mengirim suatu ibarat kepada anak Ki Karang Nio yang laki-laki. Yaitu satu tempat sirih (tempat sirih yang dibawanya waktu dia dibuang oleh saudaranya) berisi satu sabok (selendang sutra) sudah buruk.

Di dalamnya berisi buah aman (buah kecil tetapi manis) dan satu saboek masih baru di dalamnya berisi buah abo (buah besar tetapi masam).

 

 

 

 

 

Waktu kiriman itu tiba dari Indrapura, lalu Ki Patih dan Ki Pandan berebut. Ki Pati anak yang paling tua mengambil sabok yang berambai-rambai perak dan Ki Pandan (Tuan Rajo) mengambil ketinggalan , yaitu bakul sirih berisi sabok berisi

Kemudian setelah Ki Pati dan Ki Pandan besar dan tuan Putri Serindang Bulan telah kembali ke Kota Baroe Sateun Lebong, beliau disebut orang disini Sebei Lebong. Sebab, beliau termasuk orang bijaksana.

 

 

 

 

 

Maka pada suatu hari sedang Tuan Ki Karang Nio dihadapkan oleh orang tua-tua, lalu Sebei Lebong menyuruh panggil Ki Pati dan Ki Pandan menghadap.

Kemudian dia menanyakan siapa diantara dua anak dari Ki Karang Nio yang ambil saboek yang buruk yang berisi buah aman dan siapa pula yang mengambil sabuk berisi buah abo itu.

 

 

 

 

 

Atas pertanyaan itu, Tuan Ki Karang Nio menjawab dalam Bahasa Rejang yang artinya, bahwa sabuk sutra yang baru berisi buah abo dan tutup tempat sirih yang berambai-ambaikan perak itu diambil oleh anaku yang tua, Ki Pati.

Kalau sabuk sutera yang buruk berisi buah aman dan bakul tempat sirih itu diambil oleh Ki Pandan, anakku yang kedua.

 

 

 

 

 

Lalu Putri Serindang Bulan alias Sebei Lebong ini berkata dimuka oran tua-tua yang hadir, ‘’Anakku Ki Pati, tabiatmu bukan sepert tabiat orangtua dan berpaham. Engkau menilik yang luarnya saja. Tidak menilik yang batin. Ialah engkau mau yang kelihatannya bagus. Seperti tabiat pamanmu yang berlima itu. Tamak akan harta dunia, akhirnya melarat. Orang yang bertabit demikian tidak boleh diangkat menjadi rajo. Tetapi Ki Pandan, sungguhpun kecil, tetapi bijaksana dan budiman. Dialah yang memakai tabiat orangtua dan budiman. Ki Pandanlah yang rupanya nanti akan menjadi raja Lebong.''

 

 

 

 

 

Setelah Ki Pati besar, dia berjalan meninggalkan Koetai Beliau Sateun dan pergi ke Pagar Boelan, dekat Dusun Karang Anyar, lalu tinggal disana dan kawin disana pula.

Setelah besar Ki Pandan kenyataanya sebenarnya seperti penglihatan Putri Serindang Bulan itu. Ki Pandan anak yang bijaksana dan berhati rendah. Waktu sampai masanya, maka dia dipilih menjadi raja Lebong (Toena Rajo) yang berkedudukan di Bandar Agung. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: https://radarbengkulu.disway.id / menyingkap tambo suku rejang di provinsi bengkulu (18)