Ibu Ini Kuliahkan Anaknya Hasil dari Tempat Ini

Ibu Ini Kuliahkan Anaknya Hasil dari Tempat Ini

 

radarbengkuluonline.com, BENGKULU - Yosi Kusmaini (41)ini termasuk hebat. Untuk mendukung suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ibu Rumah Tangga ini ikhlas  menjadi pemulung  di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Air Sebakul. Ia selalu giat bekerja mengumpulkan sampah yang masih memiliki nilai rupiah setiap harinya.

Pekerjaan ini terpaksa ia lakukan demi membantu perekonomian keluarganya beserta 4 orang anaknya. 3 anaknya yang masih sekolah. Sedangkan 1 orang lalgi belum sekolah.

Lokasi tempat ia bekerja mencari nafkah, terletak di TPA Air Sebakul, Kelurahan Sukarami, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu. Letaknya juga tidak terlalu jauh dari rumahnya. Ia tinggal di depan Kantor Samsat Air Sebakul, Sukarami.

Diketahui, sampah-sampah yang terdapat di TPA Air Sebakul ini, berasal dari sampah pabrik-pabrik industri dan sampah rumah tangga, baik itu sampah organik dan anorganik. BACA JUGA:  Higure Ramen Hadir di Bencoolen Mall

Yosi mengatakan , Ia datang ke lokasi TPA tempat Ia bekerja untuk mencari nafkah dengan mengumpulkan sampah mulai dari jam 07.00 WIB pagi sampai malam hari. “Tidak menentu juga. Terkadang sampai malam, jam 20.00 malam,” ujar Yosi saat ditemui radarbengkuluonline.com di TPA Air Sebakul, Selasa (18/01).

Penghasilan yang Yosi dapatkan, sudah terbilang lebih dari cukup. Ia lebih memilih dan bertahan bekerja sebagai pemulung karena sulitnya mencari pekerjaan yang layak saat ini. Ia  biasa mengumpulkan sampah, seperti sampah plastik, kardus, kaleng dan lain-lain yang bisa dijual kepada pengepul.

“Dari pada tidak ada kerjaan, lebih baik bekerja disini. Ada penghasilan lagi. Karena suami saya hanya bekerja sebagai tukang bangunan juga. Kadang ada, kadang tidak,” ujar Yosi. BACA JUGA: Mahasiswa UIN FAS Akan Dites Membaca Al-quran

Penghasilan yang ia dapatkan setiap harinya sebenarnya tidak menentu. Ia biasa mengumpulkan sampah. Seperti sampah plastik, kardus, kaleng dan lain-lain yang bisa dijual kepada pengepul.  “Tidak nentu, Kadang 100 ribu,” tambah Yosi.

Dari hasil mengumpulkan sampah-sampah yang biasa ia jual kepada pengepul sampah, Yosi mengatakan penghasilan yang ia dapatkan selama ini sudah mencukupi kebutuhan hidupnya dan juga anak-anaknya yang masih sekolah. Bahkan ada yang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri di Bengkulu. “ Alhamdulilah! Cukup untuk kehidupan sehari dan biaya sekolah anak-anak. Anak pertama kuliah di UIN FAS Bengkulu semester akhir, anak kedua duduk di bangku SMA kelas 3,  anak ketiga duduk di bangku SMA kelas 1. Sedangkan yang kecil, belum sekolah.”

Walapun anak pertama Yosi tidak mendapatkan beasiswa di perguruan tingginya, tetapi, anak keduanya mendapat bantuan dari sekolah dimana Ia belajar menuntut ilmu. Oleh karena itu, Yosi selalu bersyukur atas semua rezeki yang ia dapatkan selama bekerja sebagai pemulung.  “Yang anak pertama tidak dapat beasiswa. Tapi anak kedua dapat bantuan.” PERLU DIBACA: Mantan Napi Teroris Berdialog dengan Pemerintah Bengkulu

Bekerja di lingkungan yang kumuh dan kotor, tentunya sangat berisiko bagi kesehatan. Aroma tidak sedap yang dihasilkan sampah tentunya sangat menusuk hidung dan tidak baik bagi kesehatan, namun Yosi mengatakan tidak khawatir akan hal itu. Karena ia sangat menggantungkan hidupnya di TPA Air Sebakul ini. Ia bekerja sebagai pemulung sampah sudah 4 tahun. “Mau dikatakan khawatir iya, tapi gimana lagi? Ini sudah menjadi mata pencaharian saya. Jadi bingung.”  (Mg-4)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: