Ini Strategi Jitu Penjualan Produk UMKM dari Penggiat Perempuan PDTT RI
Suasana kegiatan bimbingan teknis (Bimtek) pemberdayaan masyarakat Provinsi Bengkulu tahun 2023 di di Grage Hotel-Windi-
BENGKULU, RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menggelar kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Bengkulu tahun 2023 di di Grage Hotel Bengkulu.
Dalam Bimtek tersebut, sebagai narasumber yakni Roseka Yanti, SP., M.Si. Penggiat perempuan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia (PDTT RI) ini menjelaskan bagaimana dalam pemberdayaan masyarakat di bidang UMKM menjadikannya lebih besar melalui fasilitasi permasalahan UMKM dari perwakilan desa di Provinsi Bengkulu.
"Hari ini saya menjadi narasumber di kegiatan Reforma Agraria dari Kementerian ATR/BPN dibidang pemberdayaan UMKM. Dari kegiatan ini bagaimana membuat UMKM perwakilan setiap Desa di Provinsi Bengkulu menjadi lebih besar melalui fasilitasi permasalahan dari teman-teman di Kemeterian ATR/BPN," kata Roseka Yanti, perempuan penggiat desa dari Provinsi Bengkulu ini
Didalam filosofi pemberdayaan, Alumni Magister Perencanaan Pembangunan dari Universitas Bengkulu (Unib) ini membaginya menjadi dua bagian. Yaitu penarik dan pendorong. Ketika memposisikan menjadi penarikan, berarti kita memiliki kekuatan. Sedangkan mendorong adalah pemberdayaan bagaimana masyarakat/UMKM yang menjadi subjek.
"Filosofi pemberdayaan bagaimana memperdayakan orang itu harus menjadi penarik tapi bagaimana kita mendorong. Ketika kita menarik kita harus mempunyai kekuatan sementara pemberdayaan ini adalah konsultan bukan pemodal. Artinya kita harus mendorong bagaimana UMKM yang menjadi subjek aktor utamanya, sementera konsultan-konsultan pembackup apa yang dibutuhkan oleh masyarakat," jelasnya.
Mantan Wasekum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bengkulu ini juga menyampaikan Filosofi bagaimana usahawan/pengusaha/wiraswasta, pemberdayaan harus dengan pendekatannya model pendekatan kampung tengah yakni pendekatan kebutuhan perut (kebutuhan sehari-bari). Orang butuh apa, itu yang harus kita jual.
BACA JUGA:Ini Dia Ketua KPU Bengkulu Selatan yang Baru
"Filosofi ini yang dilakukan adalah pendekatan kampung tengah. Yakni perut. Kebutuhan orang yang kita dekati, orang butuh apa itu yang kita jual. Tapi bukan apa yang kita punya, itu yang kita jual. Jadi yang kita kejar adalah pasar. Apa yang dibutuhkan pasar, itu yang menjadi bisnis UMKM dan tentunya bisnis ini akan berkelanjutan," terangnya.
BACA JUGA:Digelontorkan Dana Rp 42 Miliar untuk Jalan Provinsi
Mantan anggota KPU Bengkulu Selatan ini juga membagikan tips bagaiman produk UMKM yang di jual selalu laku dipasaran (tidak musiman). Pertama, pendekatan kampung. Yang kedua, bukan pendekatan gaya hidup, seperti menjual kopi di cafe dengan harga Rp 50 ribu. Pendekatan kebutuhan kita cukup minum kopi dengan harga Rp. 5 ribu.
BACA JUGA:Mukomuko Bangun Pelabuhan Perikanan Nasional
"Sekarang kita perbandingkan keduanya. Porsi yang paling banyaknya kita hadir tentu ditempat yang memenuhi kebutuhan kita, bukan memenuhi gaya hidup kita. Kalau orang butuh, mau miskin, kaya, terjadi inflasi, krisis ekonomi, orang tetap akan membelinya. Karena, kita melakukan pendekatan dengan kebutuhan. Bukan gaya hidup."
BACA JUGA:Bupati Bengkulu Utara Turun Tangan Atasi Masalah Dewi Murniati
Eka -- sapaan akrabnya yang juga aktif di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Bengkulu ini menjelaskan, dalam pemberdayaan masyarakat desa, khususnya di bidang UMKM sering ditemui faktor internal dan eksternal didalam memasarkan produk-produk UMKM, maka perlu kita harus mengenali kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.
BACA JUGA:Segera Cair, Dana Bantuan Politik di Seluma Rp 887 Juta, Ini Rinciannya
"Faktor internal yang paling penting itu adalah mengetahui bagaimana kita memiliki kekuatan atau kita punya kelemahan. Kekuatan itu bagaimana kita memastikan seperti kita mempunyai bahan baku, pengelolanya, kita punya tenaga kerjanya, kita punya modalnya atau kita punya keunikan produk itu sendiri dibading orang-orang (UMKM). Tetapi di dalam faktor eksternal kita sangat memperhitungkan bagaimana peluang pasarnya. Yang terpenting produk kita disukai atau memiliki peluang," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: