Pendidikan Karakter Lemah Akibatnya Murid Tak Segan Lagi Degan Guru

Pendidikan Karakter Lemah Akibatnya Murid Tak Segan Lagi Degan Guru

Pendidikan karakter-Ist-radarbengkulu,disway.id

RADARBENGKULU, DISWAY.ID  - Pendidikan karakter dan kepatuhan siswa dan guru harus kembali dibangkitkan, jika tidak maka dikhawatirkan akan berdampak negatif bagi generasi penerus bangsa. 

 

 

Sebagai contoh, diduga akibat pendidikan karakter yang mulai melemah karena belajar Daring selama covid-19,  akhir-akhir ini sudah ditemukan korban kekerasan baik fisik maupun mental di sekolah.

 

 

Tidak hanya dialami antara pelajar atau murid saja, namun juga dialami oleh guru dengan murid, murid dengan guru, bahkan guru dengan orang tua murid. 

BACA JUGA:Gubernur Rohidin Pastikan Program Strategis Pendidikan Tetap Berlanjut

 

 

Seperti kejadian perundungan (bullying) sesama murid dan guru. Begitupun kejadian guru dianiaya oleh orang tua murid. 

 

 

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berancana Provinsi Bengkulu, Drs Eri Yulian Hidayat MPd mengatakan, melemahnya pendidikan karakter itu banyak faktor. 

 

 

Seperti, tidak tegasnya aturan dalam sekolah, media sosial (medsos) dan faktor lainnya. 

 

 

"Kita bisa lihat di medsos, banyak kalangan murid atau pelajar mengalami perundungan, itu akibat dari pergeseran nilai karakter," terang Eri. 

BACA JUGA:Peduli Pendidikan, Volunteer PLN Bengkulu Berbagi Kebahagiaan Ramadhan

 

 

Dijelaskannya, pegeseran nilai karakter itu tidak hanya dialami oleh pelajar saja. Namun juga guru dan orang tua pelajar. Hal ini lah yang menjadi penyebab dasar masih banyak terjadinya, kekerasan di lingkungan sekolah. 

 

 

"Pergeseran nilai karakter sangat berdampak buruk," tambahnya. 

 

 

Eri menjelaskan, contoh sederhana pelajar sudah mulai hilang nilai karakternya itu. Seperti ketika lewat depan guru, atau dipanggil guru sudah tidak lagi segan. Bahkan ada pelajar yang beranggapan, guru seperti teman sebaya sendiri. 

 

 

"Kalau dulu, lihat sepeda guru saja murid sudah takut, tidak berani ganggu. Bukan ketakutan, tapi segan. Cuma kalau sekarang, ada guru, dipanggil coy, bro. Apalagi kita lihat di medsos itu, banyak sekali hal negatif jika dilihat anak yang belum memahami sepenuhnya isi dalam medsos, ini akan berbahaya," kata dia.

 

BACA JUGA:Ratusan Pemuda ikuti Pendidikan Karakter Dasar Kabahill Center Bengkulu

 

 

Begitupun dengan guru, menurut Eri, juga sudah mulai hilang karakternya. Wibawa guru didepan murid, sudah tidak lagi dijaga. Bahkan, saat jam mengajar saja, masih ada guru tidak disiplin. 

 

 

"Soal piket, misalnya kalau dulu guru piket itu berkeliling sekolah. Kalau sekarang guru yang piket itu duduk saja. Ini contoh masalah kecilnya," ungkap Eri. 

 

 

Termasuk dengan karakter orang tua, menurut Eri sekarang sudah berubah. Yang sekarang terjadi, ada anaknya diberikan pelajaran lebih disiplin lagi disekolah, justru orangnya marah terhadap gurunya. Bahkan saring terjadi, orang tua siswa harus datang ke sekolah untuk marah-marah dengan guru.

 

 

"Kalau dulu tidak demikian, justru orang tua mendukung gurunya agar anaknya bisa disiplin, karena akan berdampak pada masa depan anaknya sendiri," ujar dia.

BACA JUGA:Yayasan Ponpes Hidayatullah Itu Kini Jadi Pendidikan Integral Berbasis Islami 

 

 

 

"Diajar agak keras dikit anaknya disekolah, ada orang tua justru marah-marah dengan gurunya. Ya kalau dulu, anak diberikan pelajaran keras di sekolah, orang tua tidak bela anaknya, tapi lebih bela gurunya. Akhirnya pendidikan karakter itu benar-benar tertanam," ujarnya. 

 

 

Perubahaan nilai karakter itu banyak tergerus, menurut Eri, saat pandemi covid-19 lalu. Sebab pada saat itu, banyak pelajar tidak belajar di sekolah. 

 

 

Pelajaran jarak jauh, membuat pendidikan karakter oleh guru di sekolah, tidak diajarkan secara efektif. Sehingga pelajar juga banyak terabaikan. 

BACA JUGA:Optimalisasi Kinerja, Sekum Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar Bina Tenaga Kependidikan di Bengkulu

 

 

"Sangat masalah sekali 3 tahun ada pandemi. Pendidikan karakter itu, justru hilang. Karena tidak ada interaksi langsung antara guru dan pelajar," tegasnya. 

 

 

Banyak hal yang harus dibenahi, menurut Eri jika dilingkungan sekolah nilai-nilai karakter itu harus lebih dimasifkan kepada pelajar. Begitupun di rumah, para orang tua, juga harus lebih interaktif terhadap anak. 

 

 

Mengerti apa yang menjadi masalah anak, hingga mampu menumbuhkan nilai karakter anak dilingkungan keluarga. Begitupun dengan sistem pendidikannya. Regulasi didalam sekolah harus lebih diperketat. Sehingga tidak ada celah lagi, pelajar tidak patuh dengan aturan yang sudah disepakati bersama-sama. 

BACA JUGA:Ini Bukti PT Hutama Karya Juga Peduli Pendidikan

 

 

"Maka sinkronisasi antara pihak itu, sangat penting sekali. Jangan sampai sistem pendidikan di rumah dan di sekolah itu rapuh. Maka kita juga berupaya untuk melakukan pendampingan, sampai tingkat desa," tutupnya Eri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu.disway.id