Ujian Keimanan

Ujian Keimanan

Dr. Ismail, M. Ag-Adam-radarbengkulu

Pada 31 Maret 627 Masehi, pasukan sekutu tiba di Madinah. Mereka dikejutkan dengan parit-parit yang mengelilingi wilayah utara hingga selatan kota Madinah.

 

Pasukan sekutu tidak mampu menembus parit yang telah dibuat kaum Muslimin. Selama 27 hari mencari cara untuk menembusnya, akhirnya mereka menyerah dan peperangan pun dimenangkan oleh kaum Muslimin.

 

Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jum’at Rakhimakumullah

Bila kita memperhatikan secara seksama surat al-Baqarah ayat 214 di atas, ada tiga bentuk ujian Allah yang perlu dipahami.

Pertama, Al-Quran menggunakan istilah berupa kata Al-ba’sa’u (malapetaka) Al-ba’sa’u adalah bentuk ujian Allah kepada orang muslim yang paling ringan tingkatannya.

 

Kalau menggunakan istilah zaman sekarang Allah menguji seseorang dengan bentuk celaan, perundunggan (bullying) atau perkataan pedas netizen yang tidak bertanggungjawab.

Dalam sejarah hal ini pernah dialami oleh Rasulullah SAW ketika berada di Makkah, beliau disebut penyihir, pembohong, pemecah belah suku Quraisy, dan banyak lagi tuduhan atau hinaan kaum Quraisy lainnya.

 

Selain itu, para Sahabat Rasulullah SAW pun mendapati celaan dan makian dari keluarga, sanak, kerabat, tetangga, pemimpin suku hingga pasangan mereka.

Begitu juga para ulama terdahulu yang mendapatkan fitnahan, caci-makian dan tuduhan yang negatif untuk menjatuhkan harkat-martabat, marwah serta wibawa para ulama.  

 

Kedua, Al-Qur’an menggunakan istilah berupa kata Wad-darra’u (kesempitan/kesengsaraan). Wad-darra’u adalah bentuk ujian bersifat fisik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu